RINGKASAN
PELATIHAN
PENGELOLAAN TAMAN BACAAN MASYARAKAT (TBM)
DI KELURAHAN NANGEWER KECAMATAN CIBINONG
KABUPATEN
BOGOR
JAWA BARAT
Urip Wahyudin, M. Si
Arief Rachman, S. Pd
Rendahnya tingkat pendidikan
masyarakat berdampak pada sikap masyarakat terhadap pentingnya pengetahuan dan
pendidikan itu sendiri. Dampak yang serius dari sikap ini adalah rendahnya
indeks pengembangan sumberdaya manusia (SDM). Rendahnya indeks ini disebabkan
rendahnya tingkat pendidikan rata-rata masyarakat Cibinong. Salah satu desa
yang ada di Cibinong adalah Desa Nangewer yang penduduknya masih banyak
terdapat ibu-ibu/bapak-bapak yang buta huruf serta anak-anak usia sekolah yang
tidak sekolah dikarenakan tidak punya biaya dan juga dikeluarkan dari
sekolahnya karena bermasalah.
Berbagai upaya telah dilakukan untuk
meningkatkan pengetahuan masyarakat termasuk diantaranya adalah program
pemberantasan Buta Aksara (atau sekarang disebut dengan Keaksaraan Fungsional)
melalui kelompok belajar. Akan tetapi, tidak semua peserta yang mengikuti
kegiatan di kelompok belajar tersebut melanjutkan ke program selanjutnya, yaitu
lanjut ke program Paket A setara SD. Hal ini disebabkan oleh berbagai hal,
diantaranya adalah warga belajar merasa cukup setelah bisa membaca dan menulis.
Padahal warga belajar harus terus meningkatkan kemampuannya tersebut dengan
mempelajari pelajaran yang tingkatannya lebih sulit lagi. Selain itu
keterbatasan sarana belajar yang tersedia di kelurahan, terbatasnya sumber daya
manusia yang tersedia, terbatasnya dana pemerintah untuk menyelenggarakan
kegiatan pembelajaran di masyarakat atau factor keengganan masyarakat
memperparah keadaan yang membuat masyarakat tetap buta huruf.
Para peserta program pemberantasan
Buta Aksara berpotensi akan menjadi buta Aksara kembali jika pengetahuan dan
kemampuan membaca mereka tidak terus diasah dengan membaca dan belajar. Untuk
itu salah satu upaya yang dilakukan adalah dengan mendirikan Taman Bacaan
Masyarakat (TBM) di Kelurahan ini. Taman Bacaan masyrakat adalah suatu tempat
yang berfungsi sebagai sarana pembelajaran untuk memperoleh berbagai informasi
dan pengetahuan.
Membaca
merupakan kunci untuk menguasai ilmu pengetahuan, dengan membaca berarti proses
belajar terus dilakukan. Agar terwujud
masyarakat yang gemar membaca tersebut maka sarana seperti taman bacaan
masyarakat harus didirikan di seluruh pelosok tanah air, salah satunya di Kelurahan Nangewer.
Oleh
karena itu, Jurusan Pendidikan Luar Sekolah, Fakultas Ilmu Pendidikan,
Universitas Negeri Jakarta, mengadakan sebuah kegiatan pelatihan Pengelolaan
Taman Bacaan Masyarakat di Kelurahan Nangewer Kecamatan Cibinong Kabupaten
Bogor, dalam bentuk pemberian buku dan melatih pembuatan catalog, pembuatan buku
induk dan peminjaman, pembuatan rak buku dan melatih membuat proposal untuk
menambah pengadaan bahan IPTEK untuk di Taman Bacaan Masyarakat Nangewer.
Kegiatan
ini menggunakan metode pelatihan dan tknik demonstrasi yaitu penjelasan yang
diikuti dengan praktek langsung. Teknik ini menggunakan alat bantu berupa
jenis-jenis buku, kartu catalog, kartu buku, kartu anggota dan kartu-kartu lain
yang diperlukan dalam pengelolaan TBM serta contoh pembuatan proposal pengadaan
bahan IPTEK untuk Taman Bacaan Masyarakat di Desa Nangewer. Teknik dan alat ini
akan membantu untuk mempermudah memahami dan menguasai praktek penyelenggaraan
taman bacaan masyarakat di Kelurahan Nangewer.
Adapun
hasil dari kegiatan ini adalah untuk mengembangkan taman bacaan masyarakat di
masa yang akan datang, menambah pengetahuan, dan keterampilan para pengurus
taman bacaan masyarakat di dalam menyelenggarakan dan mengelola TBM serta dapat
meningkatkan minat membaca warga masyarakat di Kelurahan Nangewer dan juga
menambah koleksi buku yang dimiliki oleh TBM yang ada di kelurahan ini.
Kesimpulan
kegiatan ini adalah kegiatan pelatihan yang diadakan sangat penting untuk para
pengurus TBM yang ada di Kelurahan Nangewer di dalam mengelola dan
mengembangkan TBM di masa yang akan datang agar TBM Nangewer dapat berkembang
lebih baik lagi.
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Analisis Situasi
Meningkatkan
kualitas masyarakat baik dari segi ekonomi, pendidikan dan kesehatan merupakan
gagaran jurusan Pendidikan Luar Sekolah secara konseptor maupun praktik
langsung. Dalam hal ini perlu adanya pengidentifikasian secara dini demi
menemukan potensi yang dapat diangkat untuk meningkatkan kualitas masyarakat
tersebut dan sudah barang tentu diperlukan lahan pengidentifikasian.
Lahan garapan
kali ini adalah Keluruhan Nangewer Kecamatan Cibinong Kabupaten Bogor. Pekerjaan rata-rata masyarakat
Nangewer yaitu sebagai seorang petani dan juga buruh tani. Dari pekerjaannya
tersebut mereka hanya bisa menghasilkan/mendapatkan upah yang setiap harinya
tidak terlalu besar. Upah yang mereka dapatkan hanya cukup untuk memenuhi
kebutuhan sehari-hari mereka. Oleh sebab itu, di kelurahan ini banyak sekali
ditemukan masyarakat yang tidak bisa membaca. Anak-anak mereka pun yang
seharusnya sekolah, banyak sekali yang tidak bisa sekolah karena keterbatasan
biaya yang mereka miliki. Akhirnya karena masih terdapatnya masyarakat yang buta huruf, maka kelurahan ini akan
sulit berkembang yang bisa bersaing dengan kelurahan lainnya yang sudah
berkembang dan maju.
Berbagai
upaya telah dilakukan untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat termasuk
diantaranya adalah program pemberantasan Buta Aksara (atau sekarang disebut
dengan Keaksaraan Fungsional) melalui kelompok belajar. Akan tetapi, tidak
semua peserta yang mengikuti kegiatan di kelompok belajar tersebut melanjutkan
ke program selanjutnya, yaitu lanjut ke program Paket A setara SD. Hal ini
disebabkan oleh berbagai hal, diantaranya adalah warga belajar merasa cukup
setelah bisa membaca dan menulis. Padahal warga belajar harus terus
meningkatkan kemampuannya tersebut dengan mempelajari pelajaran yang
tingkatannya lebih sulit lagi. Selain itu keterbatasan sarana belajar yang
tersedia di kelurahan, terbatasnya sumber daya manusia yang tersedia,
terbatasnya dana pemerintah untuk menyelenggarakan kegiatan pembelajaran di
masyarakat atau faktor keengganan masyarakat memperparah keadaan yang membuat
masyarakat tetap buta huruf.
Para
peserta program pemberantasan Buta Aksara berpotensi akan menjadi buta Aksara
kembali jika pengetahuan dan kemampuan membaca mereka tidak terus diasah dengan
membaca dan belajar. Untuk itu salah satu upaya yang dilakukan adalah dengan
mendirikan Taman Bacaan Masyarakat (TBM) di Kelurahan ini. Taman Bacaan
masyrakat adalah suatu tempat yang berfungsi sebagai sarana pembelajaran untuk
memperoleh informasi.
Tercatat sekitar 5.000 taman bacaan
masyarakat (TBM) di seluruh Indonesia berpotensi mengembangkan program literasi
lokal dari komunitas local. Selama ini, sejumlah fasilitas membaca, seperti
perpustakaan, terasa menakutkan karena terkesan hanya orang sekolahan yang
masuk ke dalam. TBM bisa berada di garda depan pemberantasan buta aksara dan
menumbuhkan minat baca karena mudah diakses masyarakat, tidak eksklusif, dan
membumi. Pada TBM, warga
setempat dapat mengakses berbagai referensi, sekaligus menjadi wadah bagi
komunitas untuk beraktivitas sesuai karakter dan potensi daerah tersebut.
Melihat
kenyataan yang ada akan pentingnya Taman Bacaan Masyarakat demi meningkatkan
kualitas masyarakat dalam segi pendidikan maka perlu diadakan suatu kegiatan
yang memberikan informasi secara utuh mengenai pengelolaan Taman Bacaan
Masyarakat yang baik demi terwujudnya TBM yang sesuai dengan keinginan
masyarakat. Oleh karena itu kami mempunyai sebuah gagasan untuk melakukan
sebuah pelatihan kepada masyarakat khususnya kaum muda mengenai pengelolaan
taman bacaan masyarakat yang baik.
Jurusan
Pendidikan Luar Sekolah Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Jakarta
selama beberapa tahun telah menjadikan beberapa desa/kelurahan yang sulit
berkembang karena mempunyai banyak keterbatasan sebagai Lab Site dan lokasi pelaksanaan Program Pengalaman Lapangan (PPL)
bagi mahasiswanya. Melalui PPL, mahasiswa PLS dapat mengembangkan kemampuan
yang dimilikinya dengan cara membelajarkan masyarakat tersebut. Mahasiswa kemudian
membentuk berbagai macam kelompok belajar untuk kemudian melakukan suatu proses
pembelajaran bagi masyarakat, khususnya mereka yang tidak dapat membaca/buta
huruf.
Supaya
masyarakat yang ikut dalam proses pembelajaran tersebut terus belajar membaca,
maka keberadaan TBM sangat diperlukan sekali. Oleh karena itu, supaya dalam
pengelolaan TBM tersebut dapat dikelola dengan baik, maka diperlukan suatu
pelatihan dan juga pengadaan sarana dan prasarana yang dibutuhkan untuk
menciptakan suatu TBM yang bagus. Mahasiswa PLS hanya mampu membantu masyarakat
tersebut dengan cara mengadakan sebuah pelatihan, sedangkan dana untuk
pengadaan sarana dan prasarana TBM mahasiswa PLS tidak memiliki kemampuan yang
maksimal. Maka dari itu, untuk penyelengaaraan dan bimbingan diperlukan
sejumlah dana dan upaya, salah satunya yaitu diperlukan suatu kegiatan
kerjasama yang baik dari Jurusan PLS dan suatu lembaga yang dapat menjadi
penyandang dana bagi kegiatan penataan TBM di Kelurahan Nangewer, yaitu dengan Lembaga Pengabdian Kepada Masyarakat Universitas
Negeri Jakarta.
B.
Identifikasi dan Perumusan Masalah
Dari analisis situasi diatas, maka dapat
diidentifikasi beberapa permasalahan sebagai berikut:
1.
Bagaimana
menumbuhkan minat baca masyarakat sehingga dapat terwujud masyarakat yang gemar
membaca?
2.
Bagaimana
menyediakan fasilitas/sarana dan prasarana taman bacaan masyarakat bagi
masyarakat yang tidak menyediakan bahan bacaannya sendiri?
3.
Bagaimana
menyelenggarakan suatu wadah tempat mambaca bagi masyarakat yang dapat diakses
dan dikelola oleh masyarakat sekitarnya sendiri?
Dari
hasil identifikasi masalah diatas, dapat dirumuskan perumusan masalah sebagai
berikut: Bagaimana menyelenggarakan Taman Bacaan Masyarakat yang dapat terus
memfasilitasi serta menumbuhkan minat baca masyarakat di Kelurahan Nangewer?
C.
Tujuan Kegiatan
Kegiatan
ini bertujuan untuk memberikan pengetahuan dan pengalaman bagi warga kelurahan
Nangewer khususnya warga belajar keaksaraan agar terus dapat mengasah kemampuan
membacanya dengan menyelenggaralan dan mengelola Taman Bacaan Masyarakat yang
baik dan benar. Tujuan lainnya yaitu untuk membantu mengembangkan potensi yang
dimiliki oleh mahasiswa Pendidikan Luar Sekolah sehingga mereka mempunyai
kompetensi yang dapat digunakan untuk membantu masyarakat yang membutuhkan
untuk diberdayakan.
D.
Manfaat Kegiatan
Kegiatan
ini akan memberikan manfaat kepada masyarakat Kelurahan Nangewer dalam hal:
1.
Membentuk
aspek sikap masyarakat terhadap pentingnya pendidikan;
2.
Memiliki
pengetahuan tentang penyelenggaraan Taman Bacaan Masyarakat;
3.
Mengurangi
resiko aksarawan baru menjadi buta aksara kembali;
4.
Mewujudkan
masyarakat yang gemar membaca dan belajar.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Apabila
Negara Indonesia ingin menjadi Negara yang maju dan dapat bersaing dengan
Negara-negara yang sudah maju seperti Singapura, Jepang, Amerika, dll. Maka
Negara ini harus mempunyai masyarakat yang memiliki pengetahuan dan
keterampilan yang sangat bagus dan berkualitas. Supaya memiliki pengetahuan dan
keterampilan yang bagus dan berkualitas, maka setiap warga Negara harus
mendapatkan pendidikan yang layak. Dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945
Pasal 31 Ayat 1 dinyatakan “……bahwa setiap warga Negara berhak mendapatkan
pendidikan”[1].
Bunyi undang-undang tersebut telah mengisyaratkan bahwa Negara sangat mendukung
masyarakatnya dalam hal pendidikan, tinggal bagaimana para pemimpin Negara ini
mendukung gerakan pendidikan yang ada.
Pasal 4 Undang-Undang No. 2/1989 tentang Sistem
Pendidikan Nasional menyatakan bahwa pengetahuan dapat dimiliki dengan cara
membaca[2].
Melalui kegiatan membaca maka masyarakat dapat belajar dan memperluas wawasan,
memperoleh berbagai informasi yang bermanfaat, dan dapat menghibur diri. Salah
satu cara untuk mencerdaskan kehidupan bangsa adalah dengan menggalakkan budaya
membaca. Tujuan dari kegiatan ini adalah mewujudkan masyarakat gemar belajar (learning society), salah satu
indikatornya terlihat dari masyarakat yang gemar membaca (reading society).
Salah satu intrumen untuk membangkitkan budaya gemar
belajar melalui masyarakat gemar membaca adalah dengan tersedianya Taman Bacaan
Masyarakat (TBM). TBM itu sendiri adalah suatu lembaga/tempat yang menyediakan
bahan bacaan yang dibutuhkan oleh masyarakat, dan sebagai tempat
penyelenggaraan program pembinaan kemampuan membaca dan belajar masyarakat[3].
Diselenggarakannya taman bacaan selain untuk mewujudkan masyarakat gemar
membaca, juga dimaksudkan untuk mendukung pendidikan keaksaraan[4].
Keaksaraan menurut H.S Bhola dikatakan sebagai instrumental yang terkait dengan
peradaban manusia berupa kemampuan baca-tulis sebagai induk bahasa yang
digunakan oleh setiap bangsa di dunia. Kemampuan keaksaraan juga sangat
berhubungan dengan pengembangan budaya, termasuk ikteraksi semua factor yang
menunjang keaksaraan itu sendiri[5].
Para warga belajar yang telah menyelesaikan pendidikan
di kelompok belajar keaksaraan (aksarawan baru) perlu dibina sehingga tidak
menjadi buta aksara kembali akibat ketiadaan sarana pendukung pemelihara
kemampuan membaca. Disamping itu dalam keaksaraan ada yang mempromosikan
keaksaraan sebagai “keaksaraan kritis” yaitu masyarakat penyandang buta aksara
disadarkan untuk mengerti dan memahami isu-isu yang sedang berkembang dalam
lingkungannya dan memberdayakan mereka untuk dapat mewujudkan perubahan, serta
membebaskan mereka dari penindasan baik karena factor ekonomi, social, budaya
politik atau factor lainnya. Keaksaraan kritis bertujuan untuk membaca dunia
disekelilingnya dan mengubahnya sesuai dengan cara pandang mereka dan
masyarakat sekitarnya[6].
Program Taman
Bacaan Masyarakat (TBM) telah dimulai sejak tahun 1992/1993. Kehadiran TBM
merupakan pembaharuan dari Taman Pustaka Rakyat (TPR) yang didirikan oleh
Pendidikan Masyarakat pada tahun limapuluhan. Program TBM ini bertujuan untuk
meningkatkan minat baca dan budaya baca masyarakat. Oleh karena itu keberaadaan
TBM sangat penting sebagai sarana belajar masyarakat. Untuk itu kemampuan,
keterampilan dan kinerja pengelola harus ditingkatkan sehingga dapat mengelola
TBM sebagaimana mestinya.
TBM adalah sebuah lembaga yang
menyediakan bahan bacaan yang dibutuhkan oleh masyarakat. Sebagai tempat
penyelengaraan pembinaan kemampuan membaca dan belajar, sekaligus sebagai
tempat untuk mendapatkan informasi bagi masyarakat. Pengelola TBM adalah mereka
yang memiliki dedikasi dan kemampuan teknis dalam mengelola dan melaksanakan
layanan kepustakaan kepada masyarakat. Sedangkan bahan pustaka adalah semua
jenis bahan bacaan dalam berbagai bentuk media.
Sejak tiga tahun terakhir, Depdiknas
gencar mendorong tumbuhnya Taman Bacaan Masyarakat (TBM). Ini merupakan salah
satu kegiatan dari program peningkatan budaya baca dan pembinaan perpustakaan
yang digalakkan oleh Direktorat Dikmas, Ditjen Pendidiikan Non Formal dan Informal
sebelumnya Ditjen Pendidikan Luar Sekolah Depdiknas. Dalam jangka panjang, PNFI
ingin menciptakan masyarakat pembelajar melalui peningkatan budaya baca. Untuk
mencapai keinginan tersebut, diperlukan adanya kesediaan masyarakat untuk
membentuk taman bacaan. Dari sini pada akhirnya berkembang menjadi
perpustakaan. Depdiknas berupaya menyiapkan bahan bacaan yang bisa diakses oleh
masyarakat sesuai kebutuhan di daerah masing-masing.
Upaya mendorong terbentuknya TBM di
masyarakat tampaknya sudah menunjukkan peningkatan. Tahun 1992 hanya ada
sekitar 190 TBM di Indonesia. Tapi sejak tiga tahun terakhir, jumlah ini
meningkat jauh lebih besar. Sekarang ada sekitar 5.400 TBM di Indonesia. Tahun 2009, direncanakan setiap kecamatan
telah memiliki TBM. Bahkan desa-desa pun dibina agar memiliki taman bacaan.
Selain taman bacaan, saat bersamaan dikembangkan juga mobile TBM.
Ini semacam perpustakaan keliling menggunakan kendaraan mobil yang dimodifikasi
sebagai taman bacaan. Kendaraan ini ditempatkan di daerah-daerah yang
membutuhkan, berpindah dari satu tempat ke tempat yang lain untuk melayani
masyarakat. Mobile TBM dioperasikan oleh SKB yang ada di daerah bekerja sama
dengan Dinas Pendidikan setempat. Saat ini sudah ada 127 mobile TBM di 127
kabupaten. Tahun depan direncanakan 143 mobile TBM.
Tujuan dari didirikannya TBM atau TPR adalah sebagai berikut; 1.
Membangkitkan dan meningkatkan minat baca masyarakat sehingga tercipta
masyarakat yang cerdas. 2. Menjadi sebab wadah kegiatan belajar masyarakat. 3.
Sarana dalam mendukung pemberantasan buta aksara (PBA) termasuk meningkatkan
kemampuan aksarawan baru agar tidak menjadi buta aksara kembali[7].
Fungsi dari Taman Bacaan Masyarakat adalah: 1. Sarana Pembelajaran
bagi masyarakat. 2. Sarana hiburan (rekreasi) dan pemanfaatan waktu secara
efektif dengan memanfaatkan bahan bacaan dan sumber informasi lain sehingga
warga masyarakat dapat memperoleh pengetahuan dan informasi baru guna
meningkatkan kehidupan mereka. 3. Sarana informasi berupa buku dan bahan bacaan
lain yang sesuai dengan kebutuhan warga belajar dan masyarakat setempat[8].
Dari fungsi ini dapat dilihat bahwa secara fisik maupun psikologis keberadaan
TBM sangat dibutuhkan oleh masyarakat terutama oleh masyarakat yang tidak mampu
menyediakan bahan bacaan sendiri.
Manfaat penyelenggaraan TBM bagi masyarakat adalah: 1. Menumbuhkan
minat, kecintaan dan kegemaran membaca. 2. Memperkaya pengalaman bekajar dan
pengetahuan bagia masyarakat. 3. Menumbuhkan kagiatan belajar mandiri. 4.
Membantu pengembangan kecakapan membaca. 5. Menambah wawasan tentang
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. 6. Meningkatkan pemberdayaan
masyarakat[9].
Untuk memelihara keberlangsungan
penyelenggaraan TBM diperlukan berbagai alternatif dalam pengelolaannya,
sehingga warga belajar dapat memanfaatkan TBM secara maksimal. Maka dari itu
supaya warga belajar dapat memanfaatkan dan mengelola TBM secara maksimal perlu
di lakukan sebuah pelatihan.
Pelatihan menurut Edwin B. Flippo yang
dikutip oleh Malayu S.P. Hasibuan adalah suatu
usaha untuk meningkatkan pengetahuan dan keahlian seorang tenaga kerja
(karyawan) untuk mengerjakan suatu pekerjaan tertentu.[10]
Sedang menurut Andrew F Sikula yang
dikutip oleh Malayu, pelatihan diartikan sebagai “proses pendidikan jangka
pendek dengan menggunakan prosedur yang sistematis dan terorganisir, sehingga
tenaga kerja belajar pengetahuan teknik pengerjaan dan keahlian untuk
tujuan tertentu.”[11]
Dengan demikian
pelatihan lebih dimaksudkan merupakan
peningkatan ketrampilan seseorang untuk mengerjakan sesuatu pekerjaan tertentu
dengan waktu yang relatif singkat, terorganisir dan sistematis untuk merubah
kemampuan seseorang. Diharapkan
setelah para pengelola TBM mengikuti pelatihan yang dilakukan oleh dosen dan
mahasiswa, para pengelola tersebut dapat mengelola TBM dengan baik dan benar.
Sehingga nantinya tidak ada lagi masyarakat yang tidak bisa membaca, kerena
sudah tercipta masyarakat yang gemar membaca dan belajar.
BAB III
MATERI DAN METODE PELAKSANAAN
A.
Kerangka Pemecahan Masalah
Melalui
kegiatan program pengalaman lapangan mahasiswa jurusan Pendidikan Luar Sekolah
di Kecamatan Cibinong Khususnya di Kelurahan Nangewer akan dibentuk kelompok
belajar keaksaraan bagi warga yang tidak bisa membaca/buta aksara. Pada
kelompok-kelompok belajar yang dibentuk ini, nantinya akan dibimbing dan dibina
untuk belajar membaca, menulis, dan berhitung. Diharapkan melalui kagiatan ini
masyarakat yang buta aksara dapat dikurangi jumlahnya. Dengan demikian,
pengetahuan, keterampilan, dan wawasan berfikir masyarakat dapat ditingkatkan.
Kelompok-kelompok aksarawan baru ini akan dapat terus meningkatkan kemampuannya
dalam membaca dan meningkatkan pengetahuannya melalui bacaan-bacaan yang
tersedia di Taman Bacaan Masyarakat. Untuk itu TBM harus menyediakan buku-buku
bacaan yang dibutuhkan oleh masyarakat Nangewer.
TBM
agar dapat terus berlangsung kedepannya, maka harus dikelola dengan baik, untuk
itu perlu diadakan pelatihan pengelolaan TBM . kegiatan pelatihan penyelenggaraan
dan pengelolaan TBM dapat dilakukan oleh Jurusan Pendidikan Luar Sekolah
Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Jakarta sebagai pihak yang
menjadikan Nangewer sebagai lab site sarana pembelajaran dan praktek pengalaman
lapangan bagi mahasiswanya. Dosen dan mahasiswa akan bekerjasama di dalam
menyelenggarakan pelatihan ini, sehingga pengabdian kepada masyarakat pun dapat
dilakukan.
B.
Realisasi Pemecahan Masalah
Pemecahan
masalah yang dapat diambil adalah dengan menyelenggarakan pelatihan penyelenggaraan
dan pengelolaan Taman Bacaan Masyarakat di Kelurahan Nangewer Kecamatan
Cibinong, Kabupaten Bogor, kepada para Pengurus TBM. Adapaun bentuknya adalah
pemberian buku dan melatih pembuatan buku katalogm buku induk dan peminjaman,
pembuatan rak buku dan melatih membuat proposal untuk pengadaan IPTEK untuk TBM
Nangewer. Kegiatan ini dilaksanakan pada bulan Agustus 2011 bertempat di TBM
Nangewer, Kecamatan Cibinong, Kabupaten Bogor, Jawa Barat.
C.
Khalayak Sasaran
Adapun khalayak sasaran dalam kegiatan
pelatihan ini adalah para guru, pemuda/i, serta warga masyarakat yang termasuk
aktif sebagai tutor dalam kegiatan pembelajaran keaksaraan. Melalui mereka,
penyelenggaraan TBM diharapkan dapat dilakukan dan dapat melayani seluruh
masyarakat. Terutama warga belajar keaksaraan. Pemilihan guru, pemuda, dan
warga masyarakat yang aktif dalam kegiatan keaksaraan dianggap tepat sebab
mereka dianggap merupakan orang-orang yang sudah memiliki pengetahuan dan
kemampuan di dalam menyelenggarakan dan mengelola Taman Bacaan Masyarakat.
D. Metode Kegiatan
Metode kegiatan yang digunakan
dalam pelatihan ini adalah tknik demonstrasi yang diikuti dengan penjelasan dan
praktek langsung. Teknik ini menggunakan alat bantu berupa jenis-jenis buku,
kartu katalog, kartu buku, kartu anggota, dan kartu-kartu lain yang diperlukan
dalam pengelolaan TBM, taknik dan alat ini akan membantu untuk mempermudah
memahami dan menguasai materi yang dipraktekkan dalam penyelenggaraan TBM.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kegiatan
Pelatihan Pengelolaan Taman Bacaan Masyarakat di Kelurahan Nangewer Kecamatan
Cibinong, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, yang dilakukan pada bulan Agustus 2011
berjalan dengan sebagaimana yang diharapkan dan telah ditentukan oleh panitia
pelaksana. Pada kegiatan pelatihan ini dibuka
oleh Anggota Pelaksana Drs. Urip Wahyudin, M. Si yang mewakili Daddy Darmawan
yang berhalangan hadir.
Kegiatan
pembelajaran dan pengelolaan Taman Bacaan Masyarakat di Kelurahan Nangewer
yaitu dalam bentuk pemberian buku dan melatih peserta membuat kartu katalog,
pembuatan buku induk dan peminjaman, pembuatan rak buku dan melatih membuat
proposal untuk menambah pengadaan bahan IPTEK untuk di TBM. Dengan begitu, maka
TBM dapat dijadikan tempat untuk kegiatan pembelajaran bagi masyarakat.
Dalam kegiatan pelatihan ini dihadiri oleh
peserta pelatihan yang cukup banyak. Dimana peserta yang datang yaitu berjumlah
41 orang, dengan rata peserta masih usia sekolah, yakni SMP, SMA, bahkan
terdapat beberapa orang yang masih duduk disekolah dasar. banyaknya peserta
pelatihan yang masih muda, diharapkan mereka nantinya dapat mengelola TBM
dengan baik, dikarenakan mereka masih mempunyai semangat untuk belajar yang
sangat tinggi.
Antusiasme
yang tinggi diperlihatkan oleh para peserta pelatihan yang kebanyakan adalah
anak-anak yang masih muda. Mereka memperhatikan dengan serius pada saat tutor
menjelaskan mengenai pengelolaan TBM. Bahkan banyak diantara mereka yang terus
bertanya kepada tutor yang menjelaskan materi, dikarenakan rasa ingin tahu
mereka yang sangat tinggi. Tutor pun akhirnya menjadi sangat bersemangat
menjelaskan dan menjawab pertanyaan dari para peserta, karena antusiasme yang
tinggi diperlihatkan oleh para peserta pelatihan.
Hasil
dari kegiatan ini selain memberikan pelatihan pengelolaan taman bacaan
masyarakat kepada anak-anak yang masih muda, pada kegiatan ini juga dibuatkan
sebuah tempat taman bacaan masyarakat yang baru. Di Kelurahan ini ternyata
belum terdapat satu buahpun TBM yang berdiri. Sehingga TBM yang baru dibuat ini
menjadi TBM perintis bagi munculnya TBM-TBM yang lain yang bermunculan di
Kelurahan Nangewer.
TBM
sederhana yang dibuat oleh tim pelaksana ini berisi berbagai macam buku-buku
bacaan. Diantaranya ada, komik, resep masakan, buku cerita, buku pelajaran,
dll. Banyaknya jenis buku yang yang disimpan di TBM ini diharapkan dapat
menarik minat dari para warga sekitar TBM untuk mau membaca. Apabila sudah
banyak warga masyarakat yang mau untuk membaca di TBM ini, maka akan tercipta
suatu masyarakat yang gemar/hobi membaca.
Pada
akhir kegiatan pelatihan, diadakan evaluasi kepada para peserta pelatihan
dengan menyampaikan pertanyaan apakah materi dan praktek yang diberikan oleh
tim pelaksana dapat dipahami sepenuhnya. Semua peserta pelatihan TBM menganggap
kegiatan seperti ini sangat diperlukan karena supaya terwujud suatu masyarakat
yang gemar membaca. Peserta pelatihan juga menyampaikan rasa terima kasihnya
kepada tim dan jurusan PLS, dengan diadakannya kegiatan semacam ini, maka
terwujud suatu kegiatan pembelajaran yang sangat bermanfaat bagi pengurus TBM
maupun masyarakat. Tidak lupa mereka berharap supaya kegiatan pelatihan seperti
ini rutin diadakan supaya lebih banyak lagi TBM yang bermunculan di Kelurahan
Nangewer.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Kesimpulan
yang dapat diambil dari terlaksananya kegiatan pelatihan penyelenggaraan dan
pengelolaan Taman Bacaan Masyarakat di Kelurahan Nangewer Kecamatan Cibinong
Kabupaten Bogor adalah:
1. Dimilikinya pengetahuan tentang cara penyelenggaraan dan
pengelolaan TBM oleh para pengurus yang kebanyakan adalah para generasi muda.
2. Dimilikinya keterampilan baru oleh pengurus TBM untuk
membuat dan merancang sebuah proposal untuk pengadaan bahan IPTEK untuk TBM di
Kelurahan Nangewer.
3. Menambah koleksi buku di TBM Nangewer.
B.
Saran
Saran
yang diajukan dari hasil kegiatan pelatihan penyelenggaraan dan pengelolaan
Taman Bacaan Masyarakat DI Kelurahan Nangewer
Kecamatan Cibinong, Kabupaten Bogor ini adalah: Pelatihan Pengelolaan
TBM dalam bentuk pemberian buku dan melatih pembuatan kartu katalogm pembuatan
buku induk dan peminjaman, pembuatan rak buku dan melatih membuat proposal
pengadaan bahan IPTEK untuk TBM di Kelurahan Nangewer mendapatkan tindak lanjut
dari pihak UNJ, Dinas Pendidikan dalam bentuk dana pengembangan dan pembinaan
guna untuk perjalanan TBM di masa mendatang.
Selain
itu, kepada pihak Kelurahan agar terus menggalakkan gemar membaca kepada
masyarakat Kelurahan Nangewer yang mayoritas belum bisa membaca. Cara yang bisa
dilakukan yaitu, pertama pihak kelurahan dapat memasang Spanduk/Pamplet di
tempat-tempat yang strategis, sehingga warga dapat melihat apa yang sedang
digalakkan oleh pihak kelurahan. Kedua, pihak kelurahan bisa menyuruh ketua
RW/RT untuk datang ketiap rumah warganya untuk terus menyuarakan gemar membaca
di Kelurahan Nangewer. Ketiga, pihak kelurahan bisa membuat waktu seminggu
sekali untuk berkumpul di tempat Taman Bacaan Masyarakat yang ada di Kelurahan
bersama-sama masyarakat. Supaya masyarakat mau ikut membaca buku-buku yang ada
di TBM tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Bhola, H.S.A (1994). Sources Book For Literacy Work.
Perpectives From The Grass Roots. Jessisa Kingsley Publisher/UNESCO Publishing,
London.
Departemen Pendidikan Nasional, Undang-Undang No. 2/1989,
Pasal 4. Sistem Pendidikan Nasional.
Departemen
Pendidikan Nasional. 2008. Naskah Akademik Pengelola Taman Bacaan
Masyarakat (TBM). Direktorat Jenderal
Peningkatan Mutu.
Departemen Pendidikan Nasional. Pedoman Pengelolaan Taman
Bacaan Masyarakat. Jakarta: Depdiknas, 20005.
Guahira.
or. id. Minat Baca di Indonesia Buruk. 21 Oktober 2007.
Hakim, Heri
Abi Burachman. 2009. Perpustakaan Sekolah Sarana Peningkatan Minat Baca.
www.heri_abi.staff.ugm.ac.id.
Hasibuan.
S.P. Malayu. Management Sumber Daya Manusia. Jakarta: Bumi Aksara, 1996.
Kusnadi, dkk. Pendidikan Keaksaraaan, Filosofi, Strategi,
Implementasi. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional, 2005.
Lilawati.
1988. Hubungan Antara Tingkat Pendidikan Orang Tua, Stimulasi Membaca
dari Orang Tua dan Inteligensi dengan Minat Membaca pada Anak Kelas
V Sekolah Dasar. Skripsi. Fakultas Psikologi Universitas. Gadjah
Mada, Yogyakarta.
Mulyani,
A.N. 1981. Pembinaan Minat Baca dan Promosi Perpustakaan. Berita Perpustakaan
Sekolah, I, 24 – 29.
Pendidik
dan Tenaga Kependidikan, Direktorat Pendidik dan Tenaga Kependidikan
Nonformal, Jakarta.
Sumadi.
1987. Hubungan Minat Baca dan Bakat Bahasa dengan Prestasi Membaca
Pemahaman Siswa SMA Kodya Malang. Thesis. S2 PPs IKIP Malang,
Malang.
Suryabrata,
Sumadi. 1989. Proses Belajar Mengajar di Perguruan Tinggi. Andi Offset,
Yogyakarta.
Undang-Undang Dasar RI 1945, Pasal 31 Ayat 1.
DOKUMENTASI KEGIATAN
![]() |
|||||
![]() |
|||||
![]() |
![]() |
||||
![]() |
![]() |
[1]
Undang-Undang Dasar RI, Pasal
31 Ayat 1
[2]
Undang-Undang No. 2/1989,
Pasal 4, Tentang Sistem Pendidikan
Nasional, Depatemen Pendidikan Nasional
[3]
Kusnadi, dkk. Pendidikan Keaksaraan, Filosofi, Stategi,
Implementasi, Depatemen Pendidikan Nasional, Jakarta: 2005, hal. 41.
[4]
Pedoman Penyusunan dan
Penilaiaan Proposal Subsidi Taman Bacaan Masyarakat, Departemen Pendidikan
Nasional, Jakarta: 2005, hal. 1.
[5]
Bhola, H.S.A. Sources Book For
Literacy Work. Perspectives From The Grass Roots. Jessisa Kingsley
Publisher/UNESCO Publishing, London:1994. Hal. 21
[6]
Idem, hal. 33
[7]
Pedoman Pengelolaan Taman
Bacaan Masyarakat, Departemen Pendidikan Nasional, Jakarta: 2005. Hal. 1.
[8]
Idem, hal. 2
[9]
Idem, hal. 2
[10] Hasibuan. S.P. Malayu, Management Sumber Daya Manusia, (
Jakarta : Bumi Aksara, 1996), hlm. 70.
[11] Ibid. Hal 70.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar