TEKNIK ANALISIS DATA
Analisis Isi
Analisis isi (Content Analysis) adalah tekhnik penelitian untuk membuat inferensi inferensi yang dapat ditiru (replicable), dan sahih data dengan memperhatikan konteksnya. Analisis isi berhubungan dengan komunikasi atau isi komunikasi. Logika dasar dalam komunikasi, bahwa setiap komunikasi selalu berisi pesan dalam sinyal komunikasinya itu, baik berupa verbal maupun nonverbal. Sejauh ini, makna komuniaksi menjadi amat dominan dalam setiap peristiwa komunikasi.
Sebenarnya analisis isi komunikasi
amat tua umurnya, setua umur manusia. Namun, panggunaan teknik ini
diintoduksikan di bawah nama analisis isi (content analysis) dalam metode
penelitian tidak setua umur penggunaan istilah tersebut. Tuanya umur penggunaan
analisis isi dalam praktik kehiudupan menusia terjadi karena sejak ada manusia
di dunia, manusia saling menganalisis makna komunikasi yang dilakukan antara
satu dengan lainnya. Gagasan untuk menjadikan analisis isi sebagai teknik
penelitian justru muncul dari orang seperti Bernard Berelson (1959). Ia telah
menaruh banyak perhatian pada analisis isi.
Berelson mendefinisikan analisis isi
dengan: content anlysis is a research technique for the objective,
systematic, and quantitative description of the manifest content of
communication.Tekanan Berelson adalah menjadikan analisis isi sebagai
teknik penelitian yang objektif, sistematis, dan deskripsi kuantitatif dari apa
yang tampak dalam komunikasi. Kendatipun banyak kritik yang dapat kita
sampaikan pada definisi Berlson sehubungan perkembangan analisis isi sampai
hari ini, namun catatan mengenai objektif dan sistematik dalam menganalisis isi
komunikasi yang tampak dalam komunikasi, menjadi amat penting utnuk dibicarakan
saat ini.
Analisis isi dapat di pergunakan
pada teknik kuantitatif maupun kualitatif, tergantung pada sisi mana peneliti
memanfaatkannya. Dalam penelitian kualitatif, Analisis Isi ditekankan pada
bagaimana peneliti melihat keajekan isi komunikasi secara kualitatif, pada
bagaimana peneliti memaknakan isi komunikasi, membaca simbol-simbol, memaknakan
isi interaksi simbolis yang terjadi dalam komunikasi.
Karya-karya besar dalam penelitian
kualitatif tentang penggunaan analisis isi seperti yang dilakukan oleh Max
Weber dalam bukunya The proestant ethic dan the spirit of capitalism. Dalam
karya ini Max Weber berusaha menentukan apa yang di maknakan dengan “Spirit of
capitalism” terutapa dari apa yang di tulis oleh Benyamin Franklik. Namun,
Weber lebih banyak bertitik tolak dari kasus-kasus konkret yang bertujuan untuk
menciptakan tipe-tipe ideal (ideal types) dari sekadar menghasilkan suatu
deskripsi objektif dan sistematis dari tulisan Franklin. Jadi, dalam
menyifatkan “Protestan ethic dan spirit of capitalism”, maka Weber mengkaji isi
tulisan Franklin secara ideal. Hal ini dilakukan dengan sengaja karena Weber
tidak percaya bahwa realitas historis adalah seperti yang dideskripsikan dalam
tipe-tipe ideal yang diciptakan, seperti ascetism, rational organization of
labour, dan lainnya.
Selain itu penggunaan analisis isi
tidak berbeda dengan penelitian kualitatif lainnya. Hanya saja, karena teknik
ini dapat digunakan pada pendekatan yang berbeda (baik kuantitatif maupun
kualitatif), maka penggunaan analisis isi tergantung pada kedua pendekatan itu.
Penggunaan analisis isi untuk penelitian kualitatif tidak jauh berbeda dengan
pendekatan lainnya. Awal mula harus ada fenomena komunikasi yang dapat diamati,
dalam arti bahwa peneliti harus lebih dulu dapat merumuskan dengan tepat apa
yang ingin diteliti dan semua tindkan harus didasarkan pada tujuan tersebut.
Langkah berikutnya adalah memilih
unit analisis yang akan di uji, memilih objek penelitian yang menjadi sasaran
analisis. Kalau objek penelitan berhubungan dengan data-data verbal (hal ini
umumnya ditemukan dalam analisis isi), maka perlu disebutkan tempat, tanggal,
dan alat komunikasi yang bersangkutan. Namun, kalau objek penelitian
berhubungan dengan pesan-pesan dalam suatu media, perlu di lakukan identifikasi
terhadap pesan dan media yang mengantarkan pesan itu.
Penggunaan analisis isi dapat
dilakukan sebagaimana pual W.Missing melakukan studi tentang “The Voice of
America”. Analisis isi didahului dengan melakukan coding terhadap
istilah-istilah atau penggunaan kata dan kalimat yang relevan, yang paling
banyak muncul dalam media komunikasi. Dalam hal pemberian coding, perlu juga di
catat konteks mana istilah itu muncul. Kemudian, dilakukan klasifikasi terhadap
coding yang telah dilakukan. Klasifikasi dilakukan dengan melihat sejauh mana
satauan makna berbungan dengan tujuan penelitian. Klasifikasi ini dimaksudkan
untuk membangun kategori dari setiap klasifikasi. Kemudian, satuan makna dan
kategori dianalisis dan di cari hubungan satu dengan lainnya untuk menemukan
makna, arti, dan tujuan isi komunikasi itu. Hasil analisis ini kemudian
dideskripsikan dalam bentuk draf laporan penelitian sebagaimana umumnya laporan
penelitian.
Beberapa Bentuk Klasifikasi
Beberapa Bentuk Klasifikasi
Ada beberapa bentuk klasifikasi
dalam analisis isi. Janis menjelaskan klasifikasi sebagai berikut:
1. Analisis isi pragmatis, dimana klasifikasi dilakukan
terhadap tanda menurut sebab akibatnya yang mungkin. Misalnya, berapa kali
suatu kata diucapkan yang dapat mengakibatkan munculnya sikap suka terhadap
produk sikat gigi A.
2. Analisis isi semantik, di lakukan untuk
mengklasifikasikan: tanda menurut maknanya. Analisis ini terdiri dari tiga
jenis sebagai berikut:
3. Analisis penunjukan (designation), menggambarkan
frekuensi seberapa sering objek tertentu (orang, benda, kelompok, atau konsep)
dirujuk.
4. Analisis penyifatan (attributions), menggambarkan
frekuensi seberapa sering karakterisasi dirujuk (misalnya referensi kepada
ketidakjujuran, kenakalan, penipuan, dan sebagainya).
5. Analisis pernyataan (assertions), menggambarkan
frekuensi seberapa sering objek tertentu dikarakteristikkan secara khusus.
Analisis ini secara kasar di sebut analisis tematik. Contohnya, referensi
terhadap perilaku nyontek di kalangan mahasiswa sebagai maling, pembohong dan
sebagainya
6. Analisis sarana tanda (sign-vechile), dilakukan untuk
mengklasifikasi isi pesan melalui sifat psikofisik dari tanda, misalnya berapa
kali kata cantik muncul, kata seks muncul.
Dalam penelitian kualitatif,
penggunaan analisis isi lebih banyak ditekankan pada bagaimana simbol-simbol
yang ada pada komunikasi itu terbaca dalam interaksi sosial, dan bagimana
simbol-simbol itu terbaca dan dianalisis oleh peneliti. Dan sebagaimana
penelitian kualitatif lainnya, kredebilitas peneliti menjadi amat penting.
Analisis isi memerlukan peneliti yang mampu menggunakan ketajaman analisisnya
untuk merajut fenomena isi komunikasi menjadi fenomena sosial yang terbaca oleh
orang pada umumnya.
Dapat dipahami bahwa makna simbol
dan interaksi amat majemuk sehingga penafsiran ganda terhadap objek simbol
tunggal umumnya menjadi fenomena umum dalam penelitian sosial. Oleh karena itu
, analisis isi menjadi tantangan sangat besar bagi peneliti itu sendiri. Oleh
karena itu, pemahaman dasar terhadap kultur dimana komunikasi itu terjadi amat
penting. Kultur ini menjadi muara yang luas terhadap berbagai macam bentuk komunikasi
di masyarakat.
Pada penelitian kualitatif, terutama dalam strategi verifikasi kualiatif, teknik analisis data ini diangap sebagai teknik analisis data yang sering digunakan. Namun selain itu pula, teknik analisis ini dipandang sebagai teknik analisis data yang paling umum. Artinya, teknik ini adalah yang paling abstrak untuk menganalisis data-data kualitatif. Content analysis berangkat dari anggapan dasar dari ilmu-ilmu sosial bahwa studi tentang proses dan isi komunikasi adalah dasar dari studi-studi ilmu sosial. Deskripsi yang diberikan para ahli sejak janis (1949), Berelson (1952) sampai Lindzey dan Aronso (1968) tentang Content Anlysis, selalu menampilkan tiga syarat, yaitu: objektivitas, pendekatan sistematis, dan generalisasi.
Analisis isi sering digunakan dalam analisis-analisis verifikasi. Cara kerja atau logika analisis data ini sesungguhnya sama dengan kebanyakan analisis data kuantitatif. Peneliti memulai analisisnya dengan menggunakan lambang-lambang tertentu, mengklasifikasikan data tersebut dengan kriteria-kriteria tertentu serta melakukan prediksi dengan teknik analisis yang tertentu pula. Secara lebih jelas, alur analisis dengan menggunakan Teknik Content Analysis.
Analisis Wacana
Pada penelitian kualitatif, terutama dalam strategi verifikasi kualiatif, teknik analisis data ini diangap sebagai teknik analisis data yang sering digunakan. Namun selain itu pula, teknik analisis ini dipandang sebagai teknik analisis data yang paling umum. Artinya, teknik ini adalah yang paling abstrak untuk menganalisis data-data kualitatif. Content analysis berangkat dari anggapan dasar dari ilmu-ilmu sosial bahwa studi tentang proses dan isi komunikasi adalah dasar dari studi-studi ilmu sosial. Deskripsi yang diberikan para ahli sejak janis (1949), Berelson (1952) sampai Lindzey dan Aronso (1968) tentang Content Anlysis, selalu menampilkan tiga syarat, yaitu: objektivitas, pendekatan sistematis, dan generalisasi.
Analisis isi sering digunakan dalam analisis-analisis verifikasi. Cara kerja atau logika analisis data ini sesungguhnya sama dengan kebanyakan analisis data kuantitatif. Peneliti memulai analisisnya dengan menggunakan lambang-lambang tertentu, mengklasifikasikan data tersebut dengan kriteria-kriteria tertentu serta melakukan prediksi dengan teknik analisis yang tertentu pula. Secara lebih jelas, alur analisis dengan menggunakan Teknik Content Analysis.
Analisis Wacana
Analisis wacana adalah analisis isi
yang lebih bersifat kualitatif dan dapat menjadi salah satu alternatif untuk
melengkapi dan menutupi kelemahan dari analisis isi kuantitatif yang selama ini
banyak digunakan oleh para peneliti. Jika pada analisis kuantitatif, pertanyaan
lebih ditekankan untuk menjawab “apa” (what) dari pesan atau teks komunikasi,
pada analisis wacana lebih difokuskan BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar
Belakang Masalah
Metode penelitian pada dasarnya
merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan
tertentu. Kegiatan penelitian didasarkan pada cirri-ciri keilmuan, yaitu rasional,
empiris, dan sistematis.
Penelitian harus rasional artinya
penelitian ini dengan dilakukan dengan cara-cara yang masuk akal, sehingga
terjangkau oleh penalaran manusia. Empiris berarti cara-cara yang dilakukan
dalam penelitian dapat diamati oleh indera manusia, sehingga orange lain dapat
mengamati dan mengetahui cara-cara yang digunakan. Sedangkan sistematis adalah
proses yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan langkah-langkah tertentu
yang bersifat logis, ada beberapa langkah yang harus dilakukan peneliti dalam
penelitiannya. Kesemua langkah-langkah tersebut harus dilewati oleh peneliti,
diantaranya yaitu teknik dalam menganalisis data.
Dalam makalah ini penyusun akan
mencoba membahas tentang tenik analisis data yang terdiri dari teknik analisis
kualitatif, analisis kuantitatif, statistic deskriptif dan inferensial,
statistic parametris dan non para metris.
I.2 Rumusan
Masalah
•
Bagaimana
teknik menganalisis data dengan analisis kualitatif?
•
Bagaimana
teknik menganalisis data dengan analisis kuantitatif?
•
Bagaimana
teknik menganalisis data dengan statistic deskriptif dan inferensial?
•
Bagaimana
teknik menganalisis data dengan statistic parametris dan non para metris?
I.3
Sistematika Penulisan
Kata
Pengantar
Daftar Isi
Bab I
Pendahuluan
I.1 Latar
Belakang Masalah
I.2 Rumusan
Masalah
I.3
Sistematika Penulisan
Bab II
Pembahasan
II.1
Analisis Kualitatif
II.2
Analisis Kuantitatif
II.3 Statistik
Deskriptif dan Inferensial
II.4
Statistik Parametris dan Non Parametris
Bab III
Penutup
III.1
Simpulan
Daftar
Pustaka
BAB II
PEMBAHASAN
TEKNIK
ANALISIS DATA
Patton menjelaskan bahwa analisis
data adalah proses mengatur urutan data, mengorganisasikanya ke dalam suatu
pola, kategori, dan satuan uraian dasar . Sedangkan menurut Taylor,
mendefinisikan analisis data sebagai proses yang merinci usaha secara formal
untuk menemukan tema dan merumuskan hipotesis (ide) seperti yang disarankan dan
sebagai usaha untuk memberikan bantuan dan tema pada hipotesis. Jika dikaji,
pada dasarnya definisi pertama lebih menitikberatkan pengorganisasian data
sedangkan yang ke dua lebih menekankan maksud dan tujuan analisis data. Dengan
demikian definisi tersebut dapat disintesiskan menjadi: Analisis data proses
mengorganisasikan dan mengurutkan data ke dalam pola, kategori dan satuan
uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesis kerja
seperti yang didasarkan oleh data.
Dari uraian tersebut di atas
dapatlah kita menarik garis bawah analisis data bermaksud pertama- tama
mengorganisasikanm data. Data yang terkumpul banyak sekali dan terdiri dari
catatan lapangan dan komentar peneliti, gambar, foto, dokumen, berupa laporan,
biografi, artikel, dan sebagainya. Pekerjaan analisis data dalam hal ini ialah
mengatur, mengurutkan, mengelompokkan, memberikan kode, dan mengategorikannya.
Pengorganisasian dan pengelolaan data tersebut bertujuan menemukan tema dan
hipotesis kerja yang akhirnya diangkat menjadi teori substantif.
Akirnya perlu dikemukakan bahwa
analisis data itu dilakukan dalam suatu proses. Proses berarti pelaksanaannya
sudah mulai dilakukan sejak pengumpulan data dilakukan dan dikerjakjan secara
intensif, yaitu sudah meninggalkan lapangan. Pekerjaan menganalisis data
memerlukan usaha pemusatan perhatian dan pengerahan tenaga, pikiran peneliti.
Selain menganalisis data. Peneliti juga perlu dan masih perlu mendalami
kepustakaan guna mengkonfirmasikan teori atau untuk menjastifikasikan adanya
teori baru yang barangkali ditemukan.
II.1
Analisis Kualitatif
A. Definisi
Analisis Kualitatif
Analisis kualitatif adalah aktivitas
intensive yang memerlukan pengertian yang mendalam, kecerdikan, kreativitas,
kepekaan konseptual, dan pekerjaan berat. Analisa kualitatif tidak berproses
dalam suatu pertunjukan linier dan lebih sulit dan kompleks dibanding analisis
kuantitatif sebab tidak diformulasi dan distandardisasi.
Dalam penelitian kualitatif,
analisis data dilakukan sejak awal penelitian dan selama proses penelitian
dilaksanakan. Data diperoleh, kemudian dikumpulkan untuk diolah secara
sistematis. Dimulai dari wawancara, observasi, mengedit, mengklasifikasi,
mereduksi, selanjutnya aktivitas penyajian data serta menyimpulkan data. Teknis
analisis data dalam penelitian ini menggunakan model analisis interaktif . Pada
penelitian kualitatif, verifikasi data dilakukan secara terus menerus sepanjang
proses penelitian dilakukan. Sejak pertama memasuki lapangan dan selama proses
pengumpulan data, peneliti berusaha untuk menganalisis dan mencari makna dari
data yang dikumpulkan, yaitu mencari pola tema, hubungan persamaan, hipotetsis
dan selanjutnya dituangkan dalam bentuk kesimpulan yang masih bersifat
tentatif.
Crabtree dan Miller (1992) mengamati
ada banyak strategi analisis kualitatif. Mereka sudah mengenal empat pola
analisa utama yang lebih tepat sasaran, sistematis, dan distandardisasi, dan
pada ekstremum lain adalah satu model yang lebih yang intuitif, hubungan, dan
interpretive. empat prototypical model-model yang mereka uraikan adalah sebagai
berikut:
“Model Quasi-statistical”. Peneliti
menggunakan statistik secara khas mulai dengan pertimbangan analisa, dan
menggunakan ide-ide untuk memilih jenis data. Pendekatan ini adalah kadang
dikenal sebagai analysis peneliti meninjau ulang isi dari data naratif,
mencari-cari tema atau kata tertentu yang telah ditetapkan dalam suatu
codebook. Hasil pencarian adalah informasi yang dapat digerakkan secara
statistik dan disebut Quasi statistik. Sebagai contoh, analis dapat menghitung
frekwensi kejadian dari tema-tema spesifik. Model ini adalah serupa dengan
pendekatan kwantitatif tradisional sampai melakukan analisa isi.
“Model Analisa Template”. Di model
ini, peneliti mengkembangkan analisa cetakan untuk data naratif yang digunakan.
Unit-unit template adalah secara khas perilaku-perilaku, kejadian, dan ungkapan
ilmu bahasa. Template lebih mengalir dan dapat menyesuaikan diri dibanding
suatu codebook di dalam model Quasi statistik. Peneliti dapat mulai dengan
template bersifat elementer sebelum mengumpulkan data, template mengalami
revisi tetap sebanyak data dikumpulkan. Analisa menghasilkan data. Model jenis
ini adalah bisa dipastikan diadopsi oleh peneliti yang biasa meneliti
etnografi, etologi, analisa ceramah, dan ethnoscience.
“Model Analisa Editing” . Peneliti
menggunakan model editing bertindak sebagai interpreter yang membaca sampai
habis data mencari segmen-segmen penuh arti dan unit-unit. Suatu ketika segmen
ini dikenali dan ditinjau, interpreter dikembangkan satu rencana pengelompokan
dan kode-kode sesuai yang dapat digunakan untuk memilih jenis dan mengorganisir
data. Peneliti kemudian mencari-cari struktur dan pola-pola yang menghubungkan
kategori-kategori pokok. Pendekatan teori yang khas menyertakan model ini.
Peneliti-peneliti yang biasa meneliti fenomenologi, hermeneutics, dan ethnomethodology
menggunakan prosedur pola analisa editing.
“Model Immersion/crystallisasi”.
Model ini melibatkan pembaptisan total analis di dalam dan cerminan bahan-bahan
teks, menghasilkan satu kristalisasi data yang intuitif. Terjemahan yang
interpretive dan subjektif dicontohkan dalam laporan kasus pribadi dari semi
anekdot dan jumlah sedikit ditemui di dalam literatur riset dibanding tiga
model yang lain.
B. Sistematika Penelitian Kualitatif
Judul
Abstrak
Kata Pengantar
Daftar Isi
Daftar Gambar
Bab I Pendahuluan
Judul
Abstrak
Kata Pengantar
Daftar Isi
Daftar Gambar
Bab I Pendahuluan
·
Konteks
Penelitian
·
Fokus Kajian
Penelitian
·
Tujuan
Penelitian
·
Manfaat
Penelitian
Bab II
Perspektif Teoritis dan Kajian Pustaka
Bab III Metode Penelitian
Bab III Metode Penelitian
·
Pendekatan
·
Batasan
Istilah
·
Unit
Analisis
·
Deskripsi
Setting Penelitian
·
Pengumpulan
Data
·
Analisis
Data
·
Keabsahan
data
Bab IV Hasil
dan pembahasan
Bab VI Kesimpulan dan saran
Daftar pustaka
Lampiran
C. Jenis-jenis Penelitian Kualitatif
Penelitian kualitatif memiliki 5 jenis penelitian, yaitu:
1. Biografi
Penelitian biografi adalah studi tentang individu dan pengalamannya yang dituliskan kembali dengan mengumpulkan dokumen dan arsip-arsip. Tujuan penelitian ini adalah mengungkap turning point moment atau epipani yaitu pengalaman menarik yang sangat mempengaruhi atau mengubah hidup seseorang. Peneliti menginterpretasi subjek seperti subjek tersebut memposisikan dirinya sendiri.
2. Fenomenologi
Penelitian fenomenologi mencoba menjelaskan atau mengungkap makna konsep atau fenomena pengalaman yang didasari oleh kesadaran yang terjadi pada beberapa individu. Penelitian ini dilakukan dalam situasi yang alami, sehingga tidak ada batasan dalam memaknai atau memahami fenomena yang dikaji. Menurut Creswell (1998:54), Pendekatan fenomenologi menunda semua penilaian tentang sikap yang alami sampai ditemukan dasar tertentu. Penundaan ini biasa disebut epoche (jangka waktu). Konsep epoche adalah membedakan wilayah data (subjek) dengan interpretasi peneliti. Konsep epoche menjadi pusat dimana peneliti menyusun dan mengelompokkan dugaan awal tentang fenomena untuk mengerti tentang apa yang dikatakan oleh responden.
3. Grounded theory
Walaupun suatu studi pendekatan menekankan arti dari suatu pengalaman untuk sejumlah individu, tujuan pendekatan grounded theory adalah untuk menghasilkan atau menemukan suatu teori yang berhubungan dengan situasi tertentu . Situasi di mana individu saling berhubungan, bertindak, atau terlibat dalam suatu proses sebagai respon terhadap suatu peristiwa. Inti dari pendekatan grounded theory adalah pengembangan suatu teori yang berhubungan erat kepada konteks peristiwa dipelajari.
4. Etnografi
Etnografi adalah uraian dan penafsiran suatu budaya atau sistem kelompok sosial. peneliti menguji kelompok tersebut dan mempelajari pola perilaku, kebiasaan, dan cara hidup. Etnografi adalah sebuah proses dan hasil dari sebuah penelitian. Sebagai proses, etnografi melibatkan pengamatan yang cukup panjang terhadap suatu kelompok, dimana dalam pengamatan tersebut peneliti terlibat dalam keseharian hidup responden atau melalui wawancara satu per satu dengan anggota kelompok tersebut. Peneliti mempelajari arti atau makna dari setiap perilaku, bahasa, dan interaksi dalam kelompok.
5. Studi kasus
Penelitian studi kasus adalah studi yang mengeksplorasi suatu masalah dengan batasan terperinci, memiliki pengambilan data yang mendalam, dan menyertakan berbagai sumber informasi. Penelitian ini dibatasi oleh waktu dan tempat, dan kasus yang dipelajari berupa program, peristiwa, aktivitas, atau individu.
D. Metode Pengumpulan Data
Beberapa metode pengumpulan data dalam penelitian kualitatif, yaitu:
1. Wawancara
Wawancara merupakan alat re-cheking atau pembuktian terhadap informasi atau keterangan yang diperoleh sebelumnya. Tehnik wawancara yang digunakan dalam penelitian kualitatif adalah wawancara mendalam. Wawancara mendalam (in–depth interview) adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara pewawancara dengan informan atau orang yang diwawancarai, dengan atau tanpa menggunakan pedoman (guide) wawancara, di mana pewawancara dan informan terlibat dalam kehidupan sosial yang relatif lama.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan seorang peneliti saat mewawancarai responden adalah intonasi suara, kecepatan berbicara, sensitifitas pertanyaan, kontak mata, dan kepekaan nonverbal. Dalam mencari informasi, peneliti melakukan dua jenis wawancara, yaitu autoanamnesa (wawancara yang dilakukan dengan subjek atau responden) dan aloanamnesa (wawancara dengan keluarga responden). Beberapa tips saat melakukan wawancara adalah mulai dengan pertanyaan yang mudah, mulai dengan informasi fakta, hindari pertanyaan multiple, jangan menanyakan pertanyaan pribadi sebelum building raport, ulang kembali jawaban untuk klarifikasi, berikan kesan positif, dan kontrol emosi negatif.
2. Observasi
Beberapa informasi yang diperoleh dari hasil observasi adalah ruang (tempat), pelaku, kegiatan, objek, perbuatan, kejadian atau peristiwa, waktu, dan perasaan. Alasan peneliti melakukan observasi adalah untuk menyajikan gambaran realistik perilaku atau kejadian, untuk menjawab pertanyaan, untuk membantu mengerti perilaku manusia, dan untuk evaluasi yaitu melakukan pengukuran terhadap aspek tertentu melakukan umpan balik terhadap pengukuran tersebut.
Bungin mengemukakan beberapa bentuk observasi yang dapat digunakan dalam penelitian kualitatif, yaitu observasi partisipasi, observasi tidak terstruktur, dan observasi kelompok tidak terstruktur.
E. Keabsahan Data
Banyak hasil penelitian kualitatif diragukan kebenarannya karena beberapa hal, yaitu subjektivitas peneliti merupakan hal yang dominan dalam penelitian kualitatif, alat penelitian yang diandalkan adalah wawancara dan observasi mengandung banyak kelemahan ketika dilakukan secara terbuka dan apalagi tanpa kontrol, dan sumber data kualitatif yang kurang credible akan mempengaruhi hasil akurasi penelitian. Oleh karena itu, dibutuhkan beberapa cara menentukan keabsahan data, yaitu:
1. Kredibilitas
Apakah proses dan hasil penelitian dapat diterima atau dipercaya. Beberapa kriteria dalam menilai adalah lama penelitian, observasi yang detail, triangulasi, per debriefing, analisis kasus negatif, membandingkan dengan hasil penelitian lain, dan member check. Cara memperoleh tingkat kepercayaan hasil penelitian, yaitu:
Bab VI Kesimpulan dan saran
Daftar pustaka
Lampiran
C. Jenis-jenis Penelitian Kualitatif
Penelitian kualitatif memiliki 5 jenis penelitian, yaitu:
1. Biografi
Penelitian biografi adalah studi tentang individu dan pengalamannya yang dituliskan kembali dengan mengumpulkan dokumen dan arsip-arsip. Tujuan penelitian ini adalah mengungkap turning point moment atau epipani yaitu pengalaman menarik yang sangat mempengaruhi atau mengubah hidup seseorang. Peneliti menginterpretasi subjek seperti subjek tersebut memposisikan dirinya sendiri.
2. Fenomenologi
Penelitian fenomenologi mencoba menjelaskan atau mengungkap makna konsep atau fenomena pengalaman yang didasari oleh kesadaran yang terjadi pada beberapa individu. Penelitian ini dilakukan dalam situasi yang alami, sehingga tidak ada batasan dalam memaknai atau memahami fenomena yang dikaji. Menurut Creswell (1998:54), Pendekatan fenomenologi menunda semua penilaian tentang sikap yang alami sampai ditemukan dasar tertentu. Penundaan ini biasa disebut epoche (jangka waktu). Konsep epoche adalah membedakan wilayah data (subjek) dengan interpretasi peneliti. Konsep epoche menjadi pusat dimana peneliti menyusun dan mengelompokkan dugaan awal tentang fenomena untuk mengerti tentang apa yang dikatakan oleh responden.
3. Grounded theory
Walaupun suatu studi pendekatan menekankan arti dari suatu pengalaman untuk sejumlah individu, tujuan pendekatan grounded theory adalah untuk menghasilkan atau menemukan suatu teori yang berhubungan dengan situasi tertentu . Situasi di mana individu saling berhubungan, bertindak, atau terlibat dalam suatu proses sebagai respon terhadap suatu peristiwa. Inti dari pendekatan grounded theory adalah pengembangan suatu teori yang berhubungan erat kepada konteks peristiwa dipelajari.
4. Etnografi
Etnografi adalah uraian dan penafsiran suatu budaya atau sistem kelompok sosial. peneliti menguji kelompok tersebut dan mempelajari pola perilaku, kebiasaan, dan cara hidup. Etnografi adalah sebuah proses dan hasil dari sebuah penelitian. Sebagai proses, etnografi melibatkan pengamatan yang cukup panjang terhadap suatu kelompok, dimana dalam pengamatan tersebut peneliti terlibat dalam keseharian hidup responden atau melalui wawancara satu per satu dengan anggota kelompok tersebut. Peneliti mempelajari arti atau makna dari setiap perilaku, bahasa, dan interaksi dalam kelompok.
5. Studi kasus
Penelitian studi kasus adalah studi yang mengeksplorasi suatu masalah dengan batasan terperinci, memiliki pengambilan data yang mendalam, dan menyertakan berbagai sumber informasi. Penelitian ini dibatasi oleh waktu dan tempat, dan kasus yang dipelajari berupa program, peristiwa, aktivitas, atau individu.
D. Metode Pengumpulan Data
Beberapa metode pengumpulan data dalam penelitian kualitatif, yaitu:
1. Wawancara
Wawancara merupakan alat re-cheking atau pembuktian terhadap informasi atau keterangan yang diperoleh sebelumnya. Tehnik wawancara yang digunakan dalam penelitian kualitatif adalah wawancara mendalam. Wawancara mendalam (in–depth interview) adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara pewawancara dengan informan atau orang yang diwawancarai, dengan atau tanpa menggunakan pedoman (guide) wawancara, di mana pewawancara dan informan terlibat dalam kehidupan sosial yang relatif lama.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan seorang peneliti saat mewawancarai responden adalah intonasi suara, kecepatan berbicara, sensitifitas pertanyaan, kontak mata, dan kepekaan nonverbal. Dalam mencari informasi, peneliti melakukan dua jenis wawancara, yaitu autoanamnesa (wawancara yang dilakukan dengan subjek atau responden) dan aloanamnesa (wawancara dengan keluarga responden). Beberapa tips saat melakukan wawancara adalah mulai dengan pertanyaan yang mudah, mulai dengan informasi fakta, hindari pertanyaan multiple, jangan menanyakan pertanyaan pribadi sebelum building raport, ulang kembali jawaban untuk klarifikasi, berikan kesan positif, dan kontrol emosi negatif.
2. Observasi
Beberapa informasi yang diperoleh dari hasil observasi adalah ruang (tempat), pelaku, kegiatan, objek, perbuatan, kejadian atau peristiwa, waktu, dan perasaan. Alasan peneliti melakukan observasi adalah untuk menyajikan gambaran realistik perilaku atau kejadian, untuk menjawab pertanyaan, untuk membantu mengerti perilaku manusia, dan untuk evaluasi yaitu melakukan pengukuran terhadap aspek tertentu melakukan umpan balik terhadap pengukuran tersebut.
Bungin mengemukakan beberapa bentuk observasi yang dapat digunakan dalam penelitian kualitatif, yaitu observasi partisipasi, observasi tidak terstruktur, dan observasi kelompok tidak terstruktur.
E. Keabsahan Data
Banyak hasil penelitian kualitatif diragukan kebenarannya karena beberapa hal, yaitu subjektivitas peneliti merupakan hal yang dominan dalam penelitian kualitatif, alat penelitian yang diandalkan adalah wawancara dan observasi mengandung banyak kelemahan ketika dilakukan secara terbuka dan apalagi tanpa kontrol, dan sumber data kualitatif yang kurang credible akan mempengaruhi hasil akurasi penelitian. Oleh karena itu, dibutuhkan beberapa cara menentukan keabsahan data, yaitu:
1. Kredibilitas
Apakah proses dan hasil penelitian dapat diterima atau dipercaya. Beberapa kriteria dalam menilai adalah lama penelitian, observasi yang detail, triangulasi, per debriefing, analisis kasus negatif, membandingkan dengan hasil penelitian lain, dan member check. Cara memperoleh tingkat kepercayaan hasil penelitian, yaitu:
1.
Memperpanjang
masa pengamatan memungkinkan peningkatan derajat kepercayaan data yang
dikumpulkan, bisa mempelajari kebudayaan dan dapat menguji informasi dari
responden, dan untuk membangun kepercayaan para responden terhadap peneliti dan
juga kepercayaan diri peneliti sendiri.
2.
Pengamatan
yang terus menerus, untuk menemukan ciri-ciri dan unsur-unsur dalam situasi
yang sangat relevan dengan persoalan atau isu yang sedang diteliti, serta
memusatkan diri pada
3.
hal-hal
tersebut secara rinci.
4.
Triangulasi,
pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data
untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data tersebut.
5.
Peer
debriefing (membicarakannya dengan orang lain) yaitu mengekspos hasil sementara
atau hasil akhir yang diperoleh dalam bentuk diskusi analitik dengan
rekan-rekan sejawat.
6.
Mengadakan
member check yaitu dengan menguji kemungkinan dugaan-dugaan yang berbeda dan
mengembangkan pengujian-pengujian untuk mengecek analisis, dengan
mengaplikasikannya pada data, serta denganmengajukan pertanyaan-pertanyaan
tentang data.
2. Transferabilitas yaitu apakah
hasil penelitian ini dapat diterapkan pada situasi yang lain.
3. Dependability yaitu apakah hasil penelitian mengacu pada kekonsistenan peneliti dalam mengumpulkan data, membentuk, dan menggunakan konsep-konsep ketika membuat interpretasi untuk menarik kesimpulan.
4. Konfirmabilitas yaitu apakah hasil penelitian dapat dibuktikan kebenarannya dimana hasil penelitian sesuai dengan data yang dikumpulkan dan dicantumkan dalam laporan lapangan. Hal ini dilakukan dengan membicarakan hasil penelitian dengan orang yang tidak ikut dan tidak berkepentingan dalam penelitian dengan tujuan agar hasil dapat lebih objektif.
F. Reliabilitas
Reliabilitas penelitian kualitatif dipengaruhi oleh definisi konsep yaitu suatu konsep dan definisi yang dirumuskan berbeda-beda menurut pengetahuan peneliti, metode pengumpulan dan analisis data, situasi dan kondisi sosial, status dan kedudukan peneliti dihadapan responden, serta hubungan peneliti dengan responden.
3. Dependability yaitu apakah hasil penelitian mengacu pada kekonsistenan peneliti dalam mengumpulkan data, membentuk, dan menggunakan konsep-konsep ketika membuat interpretasi untuk menarik kesimpulan.
4. Konfirmabilitas yaitu apakah hasil penelitian dapat dibuktikan kebenarannya dimana hasil penelitian sesuai dengan data yang dikumpulkan dan dicantumkan dalam laporan lapangan. Hal ini dilakukan dengan membicarakan hasil penelitian dengan orang yang tidak ikut dan tidak berkepentingan dalam penelitian dengan tujuan agar hasil dapat lebih objektif.
F. Reliabilitas
Reliabilitas penelitian kualitatif dipengaruhi oleh definisi konsep yaitu suatu konsep dan definisi yang dirumuskan berbeda-beda menurut pengetahuan peneliti, metode pengumpulan dan analisis data, situasi dan kondisi sosial, status dan kedudukan peneliti dihadapan responden, serta hubungan peneliti dengan responden.
II.2
Analisis Kuantitatif
Penelitian kuantitatif merupakan
suatu penelitian yang analisisnya secara umum memakai analisis statistik.
Penelitian kuantitatif dikembangkan oleh penganut positivisme yang dipelopori
oleh Auguste Conte. Aliran ini berpendapat bahwa untuk memacu perkembangan
ilmu-ilmu sosial, maka metode-metode IPA harus diadopsi ke dalam riset-riset
ilmu sosial . Karenanya dalam penelitian kuantitatif pengukuran terhadap gejala
yang diamati menjadi penting, sehingga pengumpulan data dilakukan dengan
menggunakan daftar pertanyaan berstruktur (angket) yang disusun berdasarkan
pengukuran terhadap variabel yang diteliti yang kemudian menghasilkan data
kuantitatif.
Berbeda dengan penelitian kualitatif yang menekankan pada studi kasus, penelitian kuantitatif bermuara pada survey.
Richard dan Cook mengemukakan perbedaan paradigma penelitian kualitatif dan kuantitatif sebagai berikut :
PARADIGMA KUALITATIF PARADIGMA KUANTITATIF
Menganjurkan pemakaian metode kualitatif
Bersandar pada fenomenologisme dan verstehen; perhatian tertuju pada pemahaman tingkah laku manusia dari sudut pandangan pelaku itu sendiri.
Pengamatan berlangsung secara alamiah (naturalistic) dan tidak dikendalikan (uncontrolled)
Berbeda dengan penelitian kualitatif yang menekankan pada studi kasus, penelitian kuantitatif bermuara pada survey.
Richard dan Cook mengemukakan perbedaan paradigma penelitian kualitatif dan kuantitatif sebagai berikut :
PARADIGMA KUALITATIF PARADIGMA KUANTITATIF
Menganjurkan pemakaian metode kualitatif
Bersandar pada fenomenologisme dan verstehen; perhatian tertuju pada pemahaman tingkah laku manusia dari sudut pandangan pelaku itu sendiri.
Pengamatan berlangsung secara alamiah (naturalistic) dan tidak dikendalikan (uncontrolled)
Bersifat
subyektif
·
Dekat dengan
data; bertolak dari perspektif dari “dalam” individu atau masyarakat yang
diteliti.
·
Penelitian
bersifat mendasar (grouned), ditujukan pada penemuan (discovery-oriented),
menekankan pada perluasan (expansionist), bersifat deskriptif, dan induktif.
Berorientasi
pada proses
·
Valid; data
bersifat ‘mendalam’, ‘kaya’, dan ‘nyata.
·
Tidak dapat
digeneralisasikan; studi di atas kasus tunggal
Bersifat
holistic
Mengasumsikan adanya realitas yang
bersifat dinamik Menganjurkan pemakaian metode-metode kuantitatif.
Bersandar pada positivisme logika; mencari fakta-fakta dan sebab-sebab dari gejala sosial dengan mengesampingkan keadaan individu-individu.
Pengamatan ditandasi pengukuran yang dikendalikan dan blak-blakan (obtrusive)
Bersandar pada positivisme logika; mencari fakta-fakta dan sebab-sebab dari gejala sosial dengan mengesampingkan keadaan individu-individu.
Pengamatan ditandasi pengukuran yang dikendalikan dan blak-blakan (obtrusive)
Bersifat
obyektif
Jauh dari data; bertolak dari sudut
pandangan dari “luar”
Penelitian bersifat tidak mendasar (ungrouned), ditujukan pada pengujian (verification-oriented), menekankan penegasan (confirmatory), reduksionis, inferensial, deduktif-hipotetik.
Penelitian bersifat tidak mendasar (ungrouned), ditujukan pada pengujian (verification-oriented), menekankan penegasan (confirmatory), reduksionis, inferensial, deduktif-hipotetik.
Berorientasi
pada hasil
Reliabel;
data ‘keras’ dan dapat diulang
Dapat digeneralisasikan; studi atas banyak kasus
Bersifat partikularistik
Mengasumsikan adanya realitas yang stabil
Dapat digeneralisasikan; studi atas banyak kasus
Bersifat partikularistik
Mengasumsikan adanya realitas yang stabil
A.
Langkah-Langkah Penelitian Kuantitatif
1. Latar
Belakang Masalah
Latar belakang masalah memuat
hal-hal yang melatar belakangi dilakukannya penelitian, apa hal yang menarik
untuk melakukan penelitian biasanya karena adanya kesenjangan antara
kesenjangan antara yang seharusnya dan kenyataan. Dalam bagian ini dimuat
deskripsi singkat wilayah penelitian dan juga jika diperlukan hasil penelitian
peneliti sebelumnya. Secara rinci latar belakang (Wardi Bachtiar:1997) berisi:
a. Argumentasi mengapa masalah tersebut menarik untuk diteliti dipandang dari bidang keilmuan/maupun kebutuhan praktis.
b. Penjelasan akibat-akibat negatif jika masalah tersebut tidak dipecahkan.
c. Penjelasan dampak positif yang timbul dari hasil-hasil penelitian
d. Penjelasan bahwa masalah tersebut relevan, aktual dan sesuai dengan situasi dan kebutuhan zaman
e. Relevansinya dengna penelitian-penelitian sebelumnya
f. Gambaran hasil penelitian dan manfaatnya bagi masyarakat atau negara dan bagi perkembangan ilmu.
2. Identifikasi, Pemilihan dan Perumusan Masalah
a. Identifikasi Masalah
Masalah penelitian dapat diidentifikasi sebagai adanya kesenjangan antara apa yang seharusnya dan apa yang ada dalam kenyataan, adanya kesenjangan informasi atau teori dan sebagainya.
b. Pemilihan Masalah
1). Mempunyai nilai penelitian (asli penting dan dapat diuji)
2). Fisible (biaya, waktu dan kondisi)
3). Sesuai dengan kualifikasi peneliti
4). Menghubungkan dua variabel atau lebih
c. Sumber Masalah
Bacaan, seminar, diskusi, pengamatan, pengalaman, hasil penelitian terdahulu, dan lain-lain.
d. Perumusan Masalah
1). Dirumuskan dalam bentuk kalimat tanya
2). Jelas dan padat
3). Dapat menjadi dasar dalam merumusan hipotesa dan judul penelitian
e. Perumusan Tujuan dan Manfaat Penelitian
1) Tujuan penelitian adalah suatu pernyataan tentang apa yang akan kita cari/ capai dari masalah penelitian. Cara merumuskan yang paling mudah adalah dengan mengubah kalimat pertanyaan dalam rumusan masalah menjadi kalimat pernyataan.
2) Manfaat penelitian mencakup manfaat teoritis dan praktis.
f. Telaah Pustaka
1) Manfaat Telaah Pustaka
2) Untuk memperdalam pengetahuan tentang masalah yang diteliti
3) Menyusun kerangka teoritis yang menjadi landasan pemikiran
4) Untuk mempertajam konsep yang digunakan sehingga memudahkan perumusan hipotesa
5) Untuk menghindari terjadinya pengulangan penelitian
g. Pembentukan Kerangka Teori
Kerangka teori merupakan landasan pemikiran yang membantu arah penelitian, pemilihan konsep, perumusan hipotesa dan memberi kerangka orientasi untuk klasifikasi dan analisis data . Kerangka teori dibuat berdasarkan teori-teori yang sudah ada atau berdasarkan pemikiran logis yang dibangun oleh peneliti sendiri.
Teori yang dibahas atau teori yang dikupas harus mempunyai relevansi yang kuat dengan permasalahan penelitian. Sifatnya mengemukakan bagaimana seharusnya tentang masalah yang diteliti tersebut berdasar konsep atau teori-teori tertentu. Khusus untuk penelitian hubungan dua variabel atau lebih maka dalam landasan teori harus dapat digambarkan secara jelas bagaimana hubungan dua variabel tersebut.
h. Perumusan Hipotesis
Hipotesis merupakan jawaban terhadap masalah penelitian yang secara teoritis dianggap paling mungkin dan paling tinggi tingkat kebenarannya. Hipotesa merupakan kristalisasi dari kesimpulan teoritik yang diperoleh dari telaah pustaka. Secara statistik hipotesis merupakan pernyataan mengenai keadaan populasi yang akan diuji kebenarannya berdasarkan data yang diperoleh dari sampel penelitian.
a. Argumentasi mengapa masalah tersebut menarik untuk diteliti dipandang dari bidang keilmuan/maupun kebutuhan praktis.
b. Penjelasan akibat-akibat negatif jika masalah tersebut tidak dipecahkan.
c. Penjelasan dampak positif yang timbul dari hasil-hasil penelitian
d. Penjelasan bahwa masalah tersebut relevan, aktual dan sesuai dengan situasi dan kebutuhan zaman
e. Relevansinya dengna penelitian-penelitian sebelumnya
f. Gambaran hasil penelitian dan manfaatnya bagi masyarakat atau negara dan bagi perkembangan ilmu.
2. Identifikasi, Pemilihan dan Perumusan Masalah
a. Identifikasi Masalah
Masalah penelitian dapat diidentifikasi sebagai adanya kesenjangan antara apa yang seharusnya dan apa yang ada dalam kenyataan, adanya kesenjangan informasi atau teori dan sebagainya.
b. Pemilihan Masalah
1). Mempunyai nilai penelitian (asli penting dan dapat diuji)
2). Fisible (biaya, waktu dan kondisi)
3). Sesuai dengan kualifikasi peneliti
4). Menghubungkan dua variabel atau lebih
c. Sumber Masalah
Bacaan, seminar, diskusi, pengamatan, pengalaman, hasil penelitian terdahulu, dan lain-lain.
d. Perumusan Masalah
1). Dirumuskan dalam bentuk kalimat tanya
2). Jelas dan padat
3). Dapat menjadi dasar dalam merumusan hipotesa dan judul penelitian
e. Perumusan Tujuan dan Manfaat Penelitian
1) Tujuan penelitian adalah suatu pernyataan tentang apa yang akan kita cari/ capai dari masalah penelitian. Cara merumuskan yang paling mudah adalah dengan mengubah kalimat pertanyaan dalam rumusan masalah menjadi kalimat pernyataan.
2) Manfaat penelitian mencakup manfaat teoritis dan praktis.
f. Telaah Pustaka
1) Manfaat Telaah Pustaka
2) Untuk memperdalam pengetahuan tentang masalah yang diteliti
3) Menyusun kerangka teoritis yang menjadi landasan pemikiran
4) Untuk mempertajam konsep yang digunakan sehingga memudahkan perumusan hipotesa
5) Untuk menghindari terjadinya pengulangan penelitian
g. Pembentukan Kerangka Teori
Kerangka teori merupakan landasan pemikiran yang membantu arah penelitian, pemilihan konsep, perumusan hipotesa dan memberi kerangka orientasi untuk klasifikasi dan analisis data . Kerangka teori dibuat berdasarkan teori-teori yang sudah ada atau berdasarkan pemikiran logis yang dibangun oleh peneliti sendiri.
Teori yang dibahas atau teori yang dikupas harus mempunyai relevansi yang kuat dengan permasalahan penelitian. Sifatnya mengemukakan bagaimana seharusnya tentang masalah yang diteliti tersebut berdasar konsep atau teori-teori tertentu. Khusus untuk penelitian hubungan dua variabel atau lebih maka dalam landasan teori harus dapat digambarkan secara jelas bagaimana hubungan dua variabel tersebut.
h. Perumusan Hipotesis
Hipotesis merupakan jawaban terhadap masalah penelitian yang secara teoritis dianggap paling mungkin dan paling tinggi tingkat kebenarannya. Hipotesa merupakan kristalisasi dari kesimpulan teoritik yang diperoleh dari telaah pustaka. Secara statistik hipotesis merupakan pernyataan mengenai keadaan populasi yang akan diuji kebenarannya berdasarkan data yang diperoleh dari sampel penelitian.
i. Definisi
Operasional Variabel Penelitian
Konsep
merupakan definisi dari sekelompok fakta atau gejala (yang akan diteliti).
Konsep ada yang sederhana dan dapat dilihat seperti konsep meja, kursi dan
sebagainya dan ada konsep yang abstrak dan tak dapat dilihat seeprti konsep
partisipasi, peranan dan sebagainya. Konsep yang tak dapat dilihat disebut
construct. Karena construct bergerak di alam abstrak maka perlu diubah dalam
bentuk yang dapat diukur secara empiris, atau dalam kata lain perlu ada
definisi operasional.
Definisi operasional adalah mengubah konsep dengan kata-kata yang menggambarkan perilaku atau gejala yang dapat diamati dan dapat diuji kebenarannya oleh orang lain.
Konsep yang mempunyai variasi nilai disebut variabel. Variabel dibagi menjadi dua:
a. Variabel deskrit/katagorikal misalnya : variabel jenis kelamin.
b. Variabel Continues misal : variabel umur
Proses pengukuran variabel merupakan rangkaian dari empat aktivitas pokok yaitu:
Definisi operasional adalah mengubah konsep dengan kata-kata yang menggambarkan perilaku atau gejala yang dapat diamati dan dapat diuji kebenarannya oleh orang lain.
Konsep yang mempunyai variasi nilai disebut variabel. Variabel dibagi menjadi dua:
a. Variabel deskrit/katagorikal misalnya : variabel jenis kelamin.
b. Variabel Continues misal : variabel umur
Proses pengukuran variabel merupakan rangkaian dari empat aktivitas pokok yaitu:
1.
Menentukan
dimensi variabel penelitian. Variabel-variabel penelitian sosial sering kali
memiliki lebih dari satudimensi. Semakin lengkap dimensi suatu variabel yang
dapat diukur, semakin baik ukuran yang dihasilkan.
2.
Merumuskan
dimensi variabel. Setelah dimensi-dimensi suatu variabel dapat ditentukan,
barulah dirumuskan ukuran untuk masing-masing dimensi. Ukuran ini biasanya
berbentuk pertanyaan-pertanyaan yang relevan dengan dimensi tadi.
3.
Menentukan
tingkat ukuran yang akan digunakan dalam pengukuran. Apakah skala: nominal,
ordinal, interval, atau ratio.
4.
Menguji
tingkat validitas dan reliabilitas dari alat pengukur apabila yang dipakai
adalah alat ukur yang baru.
Contoh yang
bagus proses pengukuran suatu variabel dikemukakan oleh Glock dan Stark yang
mengembangkan suatu konsep untuk mengukur tingkat religiusitas. Menurut
pendapat mereka konsep religiusitas mempunyai lima dimensi sebagai berikut :
1.
Ritual
Involvement, yaitu tingkatan sejauh mana orang mengerjakan kewajiban ritual di
dalam agama mereka. Seperti sholat, puasa, membayar zakat, dan lain-lain, bagi
yang beragama Islam. atau pergi ke gereja dan kegiatan ritual lainnya bagi yang
beragama Kristen.
2.
Ideologi
Involvement, yaitu tingkatan sejauh mana orang menerima hal-hal yang dogmatik
di dalam agama mereka masing-masing. Misalkan apakah seseorang yang beragama
percaya tentang adanya malaikat, hari kiamat, surga, neraka, dan lain-lain hal
yang sifatnya dogmatik.
3.
Intellectual
Involvement, sebenarnya jauh seseorang mengetahui tentang ajaran agamanya.
Seberapa jauh aktivitasnya di dalam menambah pengetahuan agamanya, apakah dia
mengikuti pengajian, membaca buku-buku agama, bagi yang beragama Islam. bagi
yang beragama Kristen apakah dia menghadiri Sekolah Minggu, membaca buku-buku
agama, dan lain-lain. Demikian pula dengan orang pemeluk agama lainnya, apakah
dia mengerjakan hal-hal yang serupa.
4.
Experiential
Involvement, yaitu dimensi yang berisikan pengalaman-pengalaman unik dan
spektakuler yang merupakan keajaiban yang datang dari Tuhan. Misalnya, apakah
seseorang pernah merasakan bahwa doanya dikabulkan Tuhan; apakah di apernah
merasakan bahwa jiwanya selamat dari bahaya karena pertolongan Tuhan, dan
lain-lain.
5.
Consequential
Involvement, yaitu dimensi yang mengukur sejauh mana perilaku seseorang
dimotifikasikan oleh ajaran agamanya. Misalkan apakah dia menerapkan ajaran
agamanya di dalam kehidupan sosial. misalnya, apakah dia pergi mengunjungi
tetangganya yang sakit, mendermakan sebagian kekayaannya untuk kepentingan
fakir miskin. Menyumbangkan uangnya untuk pendirian rumah yatim piatu, dan
lain-lain.
Dimensi-dimensi yang disebut di atas
kemudian diperinci dalam aspek yang lebih kecil dalam bentuk pertanyaan.
Pertanyaan-pertanyaan tersebut kemudian dijadikan komponen alat pengukur yang
terhadap dimensi tingkat religiusitas.
II.3
Statistik Deskriptif dan Inferensial
Statistika deskriptif adalah
statistic yang digunakan untuk menganalisis data dengan cara menggambarkan data
yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang
berlaku untuk umum atau generalisasi. Misalnya penyajian data menggunakan
table, grafik, diagram lingkaran, pictogram, perhitungan modus, median, mean,
desil, persentil, rata-rata, standar defiasi, porsentasi, korelasi, dan regresi
tanpa pengujian signifikasi.
Statistika deskriptif berkenaan dengan bagaimana data dapat digambarkan dideskripsikan) atau disimpulkan, baik secara numerik (misalnya menghitung rata-rata dan deviasi standar) atau secara grafis (dalam bentuk tabel atau grafik), untuk mendapatkan gambaran sekilas mengenai data tersebut, sehingga lebih mudah dibaca dan bermakna.
Statistika inferensial adalah teknik statistic untuk menganalisis data sampel data dan hasilnya diberlakukan untuk populasi. Suatu kesimpulan dari data sampel yang akan diberlakukan untuk populasi itu mempunyai peluang kesalahan dan kebenaran (kepercayaan). Bila peluang kesalahan sebesar 5 persen, maka taraf kepercayaannya sebesar 95 persen. Ini disebut sebagai taraf signifikasi yang mencerminkan kemampuan suatu sampel untuk dilakukan generalisasi terhadap suatu populasi dengan taraf kesalahan tertentu. Dengan menggunakan uji t dan uji F diperoleh taraf signifikasi tertentu.
Statistika inferensial berkenaan dengan permodelan data dan melakukan pengambilan keputusan berdasarkan analisis data, misalnya melakukan pengujian hipotesis, melakukan estimasi pengamatan masa mendatang (estimasi atau prediksi), membuat permodelan hubungan (korelasi, regresi, ANOVA, deret waktu), dan sebagainya.
Statistika deskriptif berkenaan dengan bagaimana data dapat digambarkan dideskripsikan) atau disimpulkan, baik secara numerik (misalnya menghitung rata-rata dan deviasi standar) atau secara grafis (dalam bentuk tabel atau grafik), untuk mendapatkan gambaran sekilas mengenai data tersebut, sehingga lebih mudah dibaca dan bermakna.
Statistika inferensial adalah teknik statistic untuk menganalisis data sampel data dan hasilnya diberlakukan untuk populasi. Suatu kesimpulan dari data sampel yang akan diberlakukan untuk populasi itu mempunyai peluang kesalahan dan kebenaran (kepercayaan). Bila peluang kesalahan sebesar 5 persen, maka taraf kepercayaannya sebesar 95 persen. Ini disebut sebagai taraf signifikasi yang mencerminkan kemampuan suatu sampel untuk dilakukan generalisasi terhadap suatu populasi dengan taraf kesalahan tertentu. Dengan menggunakan uji t dan uji F diperoleh taraf signifikasi tertentu.
Statistika inferensial berkenaan dengan permodelan data dan melakukan pengambilan keputusan berdasarkan analisis data, misalnya melakukan pengujian hipotesis, melakukan estimasi pengamatan masa mendatang (estimasi atau prediksi), membuat permodelan hubungan (korelasi, regresi, ANOVA, deret waktu), dan sebagainya.
II.4
Statistik Parametris dan Non Parametris
a) Statistika Parametris
Statistik parametris digunakan untuk menganalisis data interval dan rasio.
Ukuran uji dalam Statistik parametris antara lain :
– T-test
– Anova
– Korelasi.
Contoh :
– Rumusan masalah : berapa rata-rata penayangan iklan di TV ?
– Hypotesis : rata-rata penayangan iklan di TV paling lama 120 menit.
– Uji hypoteis : t-test
b) Statistika Non Parametris
Statistik non parametris digunakan untuk menguji hipotesis bila datanya berbentuk nominal dan ordinal dan tidak berlandaskan asumsi bahwa distribusi data harus normal. Sehingga kita kenal beberapa tes yang digunakan dalam penelitian hipotesis antara lain :
Test binomial
Tes binomial digunakan untuk menguji hipotesis bila dalam populasi terdiri atas dua kelompok kelas, datanya berbentuk nominal dan jum,lha sampelnya kecilnya (kurang dari 25).
Chi kuadrat
Chi kuadrat satu sampel, adalah teknik statistik yang digunakan untuk menguji hipotesis deskriptif bila dalam populasi terdiri atas dua atau lebi kelas, data berbentuk nominal dan smapelnya besar. yang dimaksud hipotesis deskriptif diatas adlah merupakan estimasi gugaan terhadap ada tidaknya perbedaan frekuensi anatra kategori satu dan kategori lainnya dalam sebuah sampel tentang suatu hal.
Run test
Test ini digunakan untuk menguji hipotesis deskriptif satu sampel, bial datanya berbentuk ordina. pengujian dilakukan dengan dengancara mengukur kerandoman populasi yang didasarkan atas data hasil pengamatan melalui data sampel.
McNemar Test
Teknik statistik digunakan untk mengji hipotesa komparatif dua sampel yang berkorelasi bila datanya berbentuk nominal/diskrit. dancangan peneitianya biasanya bebentuk before after. jadi hipotesa penelitian merupakan perbandaingan antara nilai sebelum dan sesudah ada perlakuan.
Sign Test
test ini digunakan untuk menguji hipotesa komparatif dua sampel yang berkorelasi, bila datanya berbentuk ordinal. teknik ini dianamakan uji tanda karena data yang akan dianalisis dinyatakan dalam bentuk tanda-tanda yaitu tanda positif dan negatif.
Wilcoxon Match Pairs Test
Teknik ini merupakan penyempurnaan dari uji tanda (sign test). kalau dalam uji tnada besarnya selisih nilai angka antara positif dan negatif tidak diperhitungkan sedangkan dlaam uji wilcoxon ini diperhitungkan, teknik digunakan untuk menguji signifikansi hipotesis komparatif dua sampel yang berkorelasi bila datanya berbentuk ordinal.
Chi kuadrat dua sampel
Chi kuadrat dua sampel digunakan untuk menguji hipotesis komparatif dua smapel bila datanya berbentuk nominal dan sampelnya besar. cara perhitungan dapat menggunakan rumus yang telah ada atau dapat menggunakan tabel kontingensi 2×2.
Fisher Exact Probability Test
Test ini digunakan untuk menguji signifikansi hipotesis komparatif dua sampel kecil independen bila datanya berbentuk nominal untuk sampel yang besar duigunakan chi kuadrat.
Test median
Tes median digunakan untuk menguji signifikansi hipoteis komparatif dua smapel independen bila datanya bernbentuk nominal atau ordinal. pengjuijan didasarkaan atas median dari smapel yang diambil secara random. dengan demikian Ho yang akan diuji berbunyi : tidak terdapat perbedaan dua kelompok populasi berdasarkan mediannya.
Mann-Whitney U-Test
U-test ini digunakan untuk menguji signifikansi hipotesis komparatif dua sampel independen bila datanya berbentuk ordinal test ini merupakan test yang terbaik untuk menguji hipotesis komparatif dua sampel indenden bila datanya berbentuk ordinal.
Test Kolmogorov-Smirnov dua sampel
Test ini digunakan untuk menguji hipotesis komparatif dua sampel independen bila datanya bernetuk ordinal yang telah tersusun pada tabel distribusi frekuensi kumulatif dengan menggunakan kela-kelas interval.
Statistik parametris digunakan untuk menganalisis data interval dan rasio.
Ukuran uji dalam Statistik parametris antara lain :
– T-test
– Anova
– Korelasi.
Contoh :
– Rumusan masalah : berapa rata-rata penayangan iklan di TV ?
– Hypotesis : rata-rata penayangan iklan di TV paling lama 120 menit.
– Uji hypoteis : t-test
b) Statistika Non Parametris
Statistik non parametris digunakan untuk menguji hipotesis bila datanya berbentuk nominal dan ordinal dan tidak berlandaskan asumsi bahwa distribusi data harus normal. Sehingga kita kenal beberapa tes yang digunakan dalam penelitian hipotesis antara lain :
Test binomial
Tes binomial digunakan untuk menguji hipotesis bila dalam populasi terdiri atas dua kelompok kelas, datanya berbentuk nominal dan jum,lha sampelnya kecilnya (kurang dari 25).
Chi kuadrat
Chi kuadrat satu sampel, adalah teknik statistik yang digunakan untuk menguji hipotesis deskriptif bila dalam populasi terdiri atas dua atau lebi kelas, data berbentuk nominal dan smapelnya besar. yang dimaksud hipotesis deskriptif diatas adlah merupakan estimasi gugaan terhadap ada tidaknya perbedaan frekuensi anatra kategori satu dan kategori lainnya dalam sebuah sampel tentang suatu hal.
Run test
Test ini digunakan untuk menguji hipotesis deskriptif satu sampel, bial datanya berbentuk ordina. pengujian dilakukan dengan dengancara mengukur kerandoman populasi yang didasarkan atas data hasil pengamatan melalui data sampel.
McNemar Test
Teknik statistik digunakan untk mengji hipotesa komparatif dua sampel yang berkorelasi bila datanya berbentuk nominal/diskrit. dancangan peneitianya biasanya bebentuk before after. jadi hipotesa penelitian merupakan perbandaingan antara nilai sebelum dan sesudah ada perlakuan.
Sign Test
test ini digunakan untuk menguji hipotesa komparatif dua sampel yang berkorelasi, bila datanya berbentuk ordinal. teknik ini dianamakan uji tanda karena data yang akan dianalisis dinyatakan dalam bentuk tanda-tanda yaitu tanda positif dan negatif.
Wilcoxon Match Pairs Test
Teknik ini merupakan penyempurnaan dari uji tanda (sign test). kalau dalam uji tnada besarnya selisih nilai angka antara positif dan negatif tidak diperhitungkan sedangkan dlaam uji wilcoxon ini diperhitungkan, teknik digunakan untuk menguji signifikansi hipotesis komparatif dua sampel yang berkorelasi bila datanya berbentuk ordinal.
Chi kuadrat dua sampel
Chi kuadrat dua sampel digunakan untuk menguji hipotesis komparatif dua smapel bila datanya berbentuk nominal dan sampelnya besar. cara perhitungan dapat menggunakan rumus yang telah ada atau dapat menggunakan tabel kontingensi 2×2.
Fisher Exact Probability Test
Test ini digunakan untuk menguji signifikansi hipotesis komparatif dua sampel kecil independen bila datanya berbentuk nominal untuk sampel yang besar duigunakan chi kuadrat.
Test median
Tes median digunakan untuk menguji signifikansi hipoteis komparatif dua smapel independen bila datanya bernbentuk nominal atau ordinal. pengjuijan didasarkaan atas median dari smapel yang diambil secara random. dengan demikian Ho yang akan diuji berbunyi : tidak terdapat perbedaan dua kelompok populasi berdasarkan mediannya.
Mann-Whitney U-Test
U-test ini digunakan untuk menguji signifikansi hipotesis komparatif dua sampel independen bila datanya berbentuk ordinal test ini merupakan test yang terbaik untuk menguji hipotesis komparatif dua sampel indenden bila datanya berbentuk ordinal.
Test Kolmogorov-Smirnov dua sampel
Test ini digunakan untuk menguji hipotesis komparatif dua sampel independen bila datanya bernetuk ordinal yang telah tersusun pada tabel distribusi frekuensi kumulatif dengan menggunakan kela-kelas interval.
Test Run
Wald-Wolfowitz
Tes ini dibgunakan untuk meguji
signifikasin hipotesis komparatif dua sampel independen bila datanya berbentuk
ordinal dan disusun dalam bentuk run. oleh karena itu sebelum dtaa dua sampel
(n1 + n2) dianalisis maka perlu disusun terlebih dahulu kedlaam bentuk ranking.
Test Cochran
Tes ini digunakan untuk hipotesis komparatif k sampel berpasangan bila datanya benrbnuk nominal dan frekuensi dikotomi.
Test Friedman
Friedman two way anova (analisi varian dua jalan Friedman) digunakan untuk menguji hipotesis komparatif k sampel yang berpasanga (related) bila datany aberebntuk ordinal (ranking), bila datany terkumpul berbntuk interval atau ratio maka data tersebut diubah kedalam ordinal.
Chi-kuadrat k Sampel
Test ini digunakan untuk menguji hipotesis komparatif lebih dari dua sample, bila datanya benrbntuk diskrit atau nominal.
Median Extention
test median extension digunakan untuk menguji hipotesis komparatif median k sampel independen bila datanya berbentuk ordinal dan dalam tes ini ukuran sampel tidak harus sama.
Analisis Varian satu jalan Kruskal-Walls
teknik ini digunakan untuk menguji hipotesis k sampel inedependen bila datanya berbentuk ordinal. bila dalam pengukuran ditemukan data berbentuk interval atau ratio maka perlu dirubah dulu kedlam ordinal (data berbentukr anking/peringkat).
Koefiisen Kontingensi
koefisien ini digunakan untuk menghitung hubungan antar variabel bila datanya berbentuk nominal. teknik mempunyai kaitan eratdengan chi kuadrat yang digunakan untuk menguji hipotesis komparatif k sampel independen, oleh karena itu rumus yang digunakan mengandung nilai cjhi kuadrat.
Korelasi Spearman Rank
Korelasi spearman rank digunakan mencari hubungan atau uji signifikansi hipotesisi asosiatif bila amsing-masing variabel yang dihubungkan berbentuk ordinal dan sumber data aantar variabel tidak harus sama.
Test Cochran
Tes ini digunakan untuk hipotesis komparatif k sampel berpasangan bila datanya benrbnuk nominal dan frekuensi dikotomi.
Test Friedman
Friedman two way anova (analisi varian dua jalan Friedman) digunakan untuk menguji hipotesis komparatif k sampel yang berpasanga (related) bila datany aberebntuk ordinal (ranking), bila datany terkumpul berbntuk interval atau ratio maka data tersebut diubah kedalam ordinal.
Chi-kuadrat k Sampel
Test ini digunakan untuk menguji hipotesis komparatif lebih dari dua sample, bila datanya benrbntuk diskrit atau nominal.
Median Extention
test median extension digunakan untuk menguji hipotesis komparatif median k sampel independen bila datanya berbentuk ordinal dan dalam tes ini ukuran sampel tidak harus sama.
Analisis Varian satu jalan Kruskal-Walls
teknik ini digunakan untuk menguji hipotesis k sampel inedependen bila datanya berbentuk ordinal. bila dalam pengukuran ditemukan data berbentuk interval atau ratio maka perlu dirubah dulu kedlam ordinal (data berbentukr anking/peringkat).
Koefiisen Kontingensi
koefisien ini digunakan untuk menghitung hubungan antar variabel bila datanya berbentuk nominal. teknik mempunyai kaitan eratdengan chi kuadrat yang digunakan untuk menguji hipotesis komparatif k sampel independen, oleh karena itu rumus yang digunakan mengandung nilai cjhi kuadrat.
Korelasi Spearman Rank
Korelasi spearman rank digunakan mencari hubungan atau uji signifikansi hipotesisi asosiatif bila amsing-masing variabel yang dihubungkan berbentuk ordinal dan sumber data aantar variabel tidak harus sama.
Korelasi
Kendal Tau
Sepertinya dalam korelasi spearman
rank, korlasi kendal tau digunakan untuk mencari hubungan dan menguji hipotesis
antara dua variabel atau lebih bila datanya berbentuk ordinal atau ranking
BAB III
PENUTUP
III.1
Simpulan
Teknik
analisis data dapat dilakukan dengan empat cara, yaitu analisis kualitaif, analisis
kuantitatif, statistic deskriptif dan inferensial, serta statistic parametris
dan non parametris. Keempat cara tersebut masing-masing mempunyai kelebihan dan
kekurangannya.
Seorang peneliti dapat memilih cara apa yang akan dia lakukan dalam menganalisis datanya. Cara memilih teknik analisis apa yang akan dia gunakan yaitu dengan menganalisis terlebih dahulu tema apa yang akan peneliti angkat dalam penelitiannya.
Daftar Pustaka
Bungin, B. 2007. Penelitian Kualitatif. Prenada Media Group: Jakarta.
Bungin, B. 2003. Analisis Data Penelitian Kualitatif. PT Rajagrafindo Persada: Jakarta.
Creswell, J. W. 1998. Qualitatif Inquiry and Research Design. Sage Publications, Inc: California.
kuskan untuk melihat pada “bagaimana” (how), yaitu bagaimana isi teks berita dan juga bagaimana pesan itu disampaikan.
Analisis wacana merupakan suatu kajian yang digunakan secara ilmiah, baik dalam bentuk tulis maupun lisan. Penggunaan bahasa secara alamiah ini berarti penggunaan bahasa seperti dalam komunikasi sehari-hari. Stubbs menjelaskan bahwa analisis wacana menekankan kajian penggunaan bahasa dalam konteks sosial, khususnya dalam interaksi antar penutur. Senada dengan itu, cocok dalam hal ini menyatakan bahwa analisis wacana itu merupakan kajian yang membahas tentang wacana, sedangkan wacana itu adalah bahasa yang digunakan untuk berkomunikasi. Menurut Stubbs (Arifin,2000:8).
Analisis wacana dalam Sobur ( 2006:48) adalah studi tentang struktur pesan pada dalam komunikasi. Lebih tepatnya lagi, telaah mengenai aneka fungsi (prakmatik) bahasa. Kajian tentang pembahasaan realitas dalam sebuah pesan tidak hanya apa yang tampak dalam teks atau tuklisan, situasi dan kondisi (konteks) seperti apa bahasa tersebut diujarkan akan membedakan makna subyektif atau makna dalam perspektif mereka.
Crigler (1996) dalam Sobur (2006 : 72) mengemukakan bahwa analisis wacana termasuk dalam pendekatan konstruktionis. Ada dua karakteristik penting dari pendekatan konstruksionis yaitu :
Seorang peneliti dapat memilih cara apa yang akan dia lakukan dalam menganalisis datanya. Cara memilih teknik analisis apa yang akan dia gunakan yaitu dengan menganalisis terlebih dahulu tema apa yang akan peneliti angkat dalam penelitiannya.
Daftar Pustaka
Bungin, B. 2007. Penelitian Kualitatif. Prenada Media Group: Jakarta.
Bungin, B. 2003. Analisis Data Penelitian Kualitatif. PT Rajagrafindo Persada: Jakarta.
Creswell, J. W. 1998. Qualitatif Inquiry and Research Design. Sage Publications, Inc: California.
kuskan untuk melihat pada “bagaimana” (how), yaitu bagaimana isi teks berita dan juga bagaimana pesan itu disampaikan.
Analisis wacana merupakan suatu kajian yang digunakan secara ilmiah, baik dalam bentuk tulis maupun lisan. Penggunaan bahasa secara alamiah ini berarti penggunaan bahasa seperti dalam komunikasi sehari-hari. Stubbs menjelaskan bahwa analisis wacana menekankan kajian penggunaan bahasa dalam konteks sosial, khususnya dalam interaksi antar penutur. Senada dengan itu, cocok dalam hal ini menyatakan bahwa analisis wacana itu merupakan kajian yang membahas tentang wacana, sedangkan wacana itu adalah bahasa yang digunakan untuk berkomunikasi. Menurut Stubbs (Arifin,2000:8).
Analisis wacana dalam Sobur ( 2006:48) adalah studi tentang struktur pesan pada dalam komunikasi. Lebih tepatnya lagi, telaah mengenai aneka fungsi (prakmatik) bahasa. Kajian tentang pembahasaan realitas dalam sebuah pesan tidak hanya apa yang tampak dalam teks atau tuklisan, situasi dan kondisi (konteks) seperti apa bahasa tersebut diujarkan akan membedakan makna subyektif atau makna dalam perspektif mereka.
Crigler (1996) dalam Sobur (2006 : 72) mengemukakan bahwa analisis wacana termasuk dalam pendekatan konstruktionis. Ada dua karakteristik penting dari pendekatan konstruksionis yaitu :
1.
Pendekatan
konstruksionis menekankan pada politik pemaknaan dan proses bagaimana seseorang
membuat gambaran tentang realitas politik.
2.
Pendekatan
konstruksionis memandang kegiatan komunikasi sebagai suatu proses yang terus
menerus dan dinamis. Dari sisi sumber (komunikator), pendekatan konstruksionis
memeriksa pembentukan bagaimana pesan ditampilkan, dan dari sisi penerima ia
memeriksa bagaimana konstruksi individu ketika menerima pesan.
Kembali pada
anilsa wacana yang sesungguhnya berusaha memahami bagaimana realitas dibingkai,
direproduksi dan didistribusikan ke khalayak. Analisis ini bekerja menggali
praktek-praktek bahasa di balik teks untuk menemukan posisi ideologis dari
narasi dan menghubungkannya dengan struktur yang lebih luas.
Dengan demikian analisis wacana merupakan salah satu model analisa kritis yang memperkaya pandangan khalayak bahwa ada keterkaitan antara produk media, ekonomi dan politik. Keterkaitan ini dapat dimunculkan pada saat analisis wacana bergerak menuju pertanyaan bagaimana bahasa bekerja dalam sebuah konteks dan mengapa bahasa digunakan dalam sebuah konteks dan bukan untuk konteks yang lain.
Pada dasarnya ada beberapa perbedaan mendasar antara analisis wacana dengan analisis isi yang bersifat kuantitatif adalah sebagai berikut. Analisis wacana lebih bersifat kualitatif daripada yang umum dilakukan dalam analisis isi kuantitatif karena analisis wacana lebih menekankan pada pemaknaan teks daripada penjumlahan unit kategori, seperti dalam analisis isi. Analisis isi kuantitatif digunakan untuk membedah muatan teks komunikasi yang bersifat manifest (nyata), sedangkan analisis wacana justru memfokuskan pada pesan yang bersifat latent (tersembunyi).
Analisis isi kuantitatif hanya dapat mempertimbangkan “apa yang dikatakan” (what), tetapi tidak dapat menyelidiki bagaimana ia dikatakan (how). Analisis wacana tidak berpretensi melakukan generalisasi, sedangkan analisis isi kuantitatif memang diarahkan untuk membuat generalisasi.
Analisis Semiotik (Semiotic Analysis)
Pengertian semiotika secara terminologis adalah ilmu yang mempelajari sederetan luas objek-objek, peristiwa-peristiwa, seluruh kebudayaan sebagai tanda. Menurut Eco, semiotik sebagai “ilmu tanda” (sign) dan segala yang berhubungan dengannya cara berfungsinya, hubungannya dengan kata lain, pengirimannya, dan penerimaannya oleh mereka yang mempergunakannya. Menurut Eco, ada sembilan belas bidang yang bisa dipertimbangkan sebagai bahan kajian untuk semiotik, yaitu semiotik binatang, semiotik tanda-tanda bauan, komunikasi rabaan, kode-kode cecapan, paralinguistik, semiotik medis, kinesik dan proksemik, kode-kode musik, bahasa yang diformalkan, bahasa tertulis, alfabet tak dikenal, kode rahasia, bahasa alam, komunikasi visual, sistem objek, dan sebagainya Semiotika di bidang komunikasi pun juga tidak terbatas, misalnya saja bisa mengambil objek penelitian, seperti pemberitaan di media massa, komunikasi periklanan, tanda-tanda nonverbal, film, komik kartun, dan sastra sampai kepada musik.
Berkenaan dengan hal tersebut, analisis semiotik merupakan upaya untuk mempelajari linguistik-bahasa dan lebih luas dari hal tersebut adalah semua perilaku manusia yang membawa makna atau fungsi sebagai tanda. Bahasa merupakan bagian linguistik, dan linguistik merupakan bagian dari obyek yang dikaji dalam semiologi. Selain bahasa yang merupakan representasi terhadap obyek tertentu, pemikiran tertentu atau makna tertentu, obyek semiotika juga mempelajari pada masalah-masalah non linguistik.
Salah seorang sarjana yang secara konservatif menjabarkan teori De de Saussure ialah Roland Barthes (1915 – 1980) . Ia menerapkan model Ferdinand De Saussure dalam penelitiannya tentang karya -karya sastra dan gejala-gejala kebudayaan, seperti mode pakaian. Bagi Barthes komponen – komponen tanda penanda – petanda terdapat juga pada tanda -tanda bukan bahasa antara lainterdapat pada bentuk mite yakni keseluruhan si stem citra dan kepercayaan yang dibentukmasyarakat untuk memp-ertahankan dan menonjolkan identitasnya (de Saussure,1988).
Selanjutnya Barthes (1957 dalam de Saussure) menggunakan teori signifiant – signifie yang dikembangkan menjadi teori tentang metabaha sa dan konotasi. Istilah signifiant menjadi ekspresi (E) dan signifie menjadi isi (C). Namun Barthes mengatakan bahwa antara E dan C harus ada relasi (R) ter-tentu, sehingga membentuk tanda ( sign, Sn). Konsep relasi ini membuat teori tentang tanda lebih mungkin berkembang karena relasi ditetapkan oleh pemakai tanda.
Menurut Barthes, ekspresi dapat berkembang dan membentuk tanda baru, sehingga ada lebih dari satu dengan isi yang sama. Pengem-bangan ini disebut sebagai gejala meta -bahasa dan membentuk apa yang disebut kesinoniman (synonymy). Setiap tanda selalu memperoleh pemaknaan awal yang dikenal dengan dengan istilah denotasi dan oleh Barthes disebut sistem primer. Kemudian pengembangan -nya disebut sistem sekunder. Sistem sekunder ke arah ekspresi dise but metabahasa. Sistem sekunder ke arah isi disebut konotasi yaitu pengembangan isi sebuah ekspresi. Konsep konotasi ini tentunya didasari tidak hanya oleh paham kognisi, melainkan juga oleh paham pragmatik yakni pemakai tanda dan situasi pemahamannya.
Macam-macam Semiotik
Hingga saat ini, sekurang-kurangnya terdapat sembilan macam semiotik yang kita kenal sekarang (Pateda, dalam Sobur, 2004) . Jenis -jenis semiotik ini antara lain semiotik analitik, diskriptif, faunal zoosemiotic, kultural, naratif, natural, normatif, sosial, struktural.
Dengan demikian analisis wacana merupakan salah satu model analisa kritis yang memperkaya pandangan khalayak bahwa ada keterkaitan antara produk media, ekonomi dan politik. Keterkaitan ini dapat dimunculkan pada saat analisis wacana bergerak menuju pertanyaan bagaimana bahasa bekerja dalam sebuah konteks dan mengapa bahasa digunakan dalam sebuah konteks dan bukan untuk konteks yang lain.
Pada dasarnya ada beberapa perbedaan mendasar antara analisis wacana dengan analisis isi yang bersifat kuantitatif adalah sebagai berikut. Analisis wacana lebih bersifat kualitatif daripada yang umum dilakukan dalam analisis isi kuantitatif karena analisis wacana lebih menekankan pada pemaknaan teks daripada penjumlahan unit kategori, seperti dalam analisis isi. Analisis isi kuantitatif digunakan untuk membedah muatan teks komunikasi yang bersifat manifest (nyata), sedangkan analisis wacana justru memfokuskan pada pesan yang bersifat latent (tersembunyi).
Analisis isi kuantitatif hanya dapat mempertimbangkan “apa yang dikatakan” (what), tetapi tidak dapat menyelidiki bagaimana ia dikatakan (how). Analisis wacana tidak berpretensi melakukan generalisasi, sedangkan analisis isi kuantitatif memang diarahkan untuk membuat generalisasi.
Analisis Semiotik (Semiotic Analysis)
Pengertian semiotika secara terminologis adalah ilmu yang mempelajari sederetan luas objek-objek, peristiwa-peristiwa, seluruh kebudayaan sebagai tanda. Menurut Eco, semiotik sebagai “ilmu tanda” (sign) dan segala yang berhubungan dengannya cara berfungsinya, hubungannya dengan kata lain, pengirimannya, dan penerimaannya oleh mereka yang mempergunakannya. Menurut Eco, ada sembilan belas bidang yang bisa dipertimbangkan sebagai bahan kajian untuk semiotik, yaitu semiotik binatang, semiotik tanda-tanda bauan, komunikasi rabaan, kode-kode cecapan, paralinguistik, semiotik medis, kinesik dan proksemik, kode-kode musik, bahasa yang diformalkan, bahasa tertulis, alfabet tak dikenal, kode rahasia, bahasa alam, komunikasi visual, sistem objek, dan sebagainya Semiotika di bidang komunikasi pun juga tidak terbatas, misalnya saja bisa mengambil objek penelitian, seperti pemberitaan di media massa, komunikasi periklanan, tanda-tanda nonverbal, film, komik kartun, dan sastra sampai kepada musik.
Berkenaan dengan hal tersebut, analisis semiotik merupakan upaya untuk mempelajari linguistik-bahasa dan lebih luas dari hal tersebut adalah semua perilaku manusia yang membawa makna atau fungsi sebagai tanda. Bahasa merupakan bagian linguistik, dan linguistik merupakan bagian dari obyek yang dikaji dalam semiologi. Selain bahasa yang merupakan representasi terhadap obyek tertentu, pemikiran tertentu atau makna tertentu, obyek semiotika juga mempelajari pada masalah-masalah non linguistik.
Salah seorang sarjana yang secara konservatif menjabarkan teori De de Saussure ialah Roland Barthes (1915 – 1980) . Ia menerapkan model Ferdinand De Saussure dalam penelitiannya tentang karya -karya sastra dan gejala-gejala kebudayaan, seperti mode pakaian. Bagi Barthes komponen – komponen tanda penanda – petanda terdapat juga pada tanda -tanda bukan bahasa antara lainterdapat pada bentuk mite yakni keseluruhan si stem citra dan kepercayaan yang dibentukmasyarakat untuk memp-ertahankan dan menonjolkan identitasnya (de Saussure,1988).
Selanjutnya Barthes (1957 dalam de Saussure) menggunakan teori signifiant – signifie yang dikembangkan menjadi teori tentang metabaha sa dan konotasi. Istilah signifiant menjadi ekspresi (E) dan signifie menjadi isi (C). Namun Barthes mengatakan bahwa antara E dan C harus ada relasi (R) ter-tentu, sehingga membentuk tanda ( sign, Sn). Konsep relasi ini membuat teori tentang tanda lebih mungkin berkembang karena relasi ditetapkan oleh pemakai tanda.
Menurut Barthes, ekspresi dapat berkembang dan membentuk tanda baru, sehingga ada lebih dari satu dengan isi yang sama. Pengem-bangan ini disebut sebagai gejala meta -bahasa dan membentuk apa yang disebut kesinoniman (synonymy). Setiap tanda selalu memperoleh pemaknaan awal yang dikenal dengan dengan istilah denotasi dan oleh Barthes disebut sistem primer. Kemudian pengembangan -nya disebut sistem sekunder. Sistem sekunder ke arah ekspresi dise but metabahasa. Sistem sekunder ke arah isi disebut konotasi yaitu pengembangan isi sebuah ekspresi. Konsep konotasi ini tentunya didasari tidak hanya oleh paham kognisi, melainkan juga oleh paham pragmatik yakni pemakai tanda dan situasi pemahamannya.
Macam-macam Semiotik
Hingga saat ini, sekurang-kurangnya terdapat sembilan macam semiotik yang kita kenal sekarang (Pateda, dalam Sobur, 2004) . Jenis -jenis semiotik ini antara lain semiotik analitik, diskriptif, faunal zoosemiotic, kultural, naratif, natural, normatif, sosial, struktural.
1.
Semiotik
analitik merupakan semiotik yang menganalisis sistem tanda. Peirce mengatakan
bahwa semiotik berobjekkan tanda dan menganalisisnya menjadi ide, obyek dan
makna. Ide dapat dikatakan sebagai lambang, sedangkan makna adalah beban yang
terdapat dalam lambang yang mengacu pada obyek tertentu.
2.
Semiotik
deskriptif adalah semiotik yang memperhatikan sistem tanda yang dapat kita
alami sekarang meskipun ada tanda yang sejak dahulu tetap seperti yang
disaksikan sekarang.
3.
Semiotik
faunal zoosemiotic merupakan semiotik yang khusus memper hatikan sistem tanda
yang dihasilkan oleh hewan. Semiotik kultural merupakan semiotik yang khusus
menelaah system tanda yang ada dalam kebudayaan masyarakat.
4.
Semiotik
naratif adalah semiotik yang membahas sistem tanda dalam narasi yang berwujud
mitos dan c erita lisan (folklore).
5.
Semiotik
natural atau semiotik yang khusus menelaah sistem tanda yang dihasilkan oleh
alam. Semiotik normative merupakan semiotik yang khusus membahas sistem tanda
yang dibuat oleh manusia yang berwujud norma-norma.
6.
Semiotik
sosial merupakan semiotik yang khusus menelaah sistem tanda yang dihasilkan
oleh manusia yang berwujud lambang, baik lambang kata maupun lambing rangkaian
kata berupa kalimat. Semiotik struktural adalah semiotik yang khusus menelaah
system tanda yang dimanifestasikan melalui struktur bahasa.
Analisis
Framing
Analisa Framing adalah analisis yang digunakan untuk mengetahui bagaimana realitas (aktor, kelompok, atau apa saja) dikonstruksi oleh media (Eriyanto, 2005, p.3) . Analisa framing memiliki dua konsep yakni konsep pskiologis dan sosiologis. Konsep psikologis lebih menekankan pada bagaimana seseorang memproses informasi pada dirinya sedangkan konsep sosiologis lebih melihat pada bagaimana konstruksi sosial atas realitas. Analisis Framing sendiri juga merupakan bagian dari analisis isi yang melakukan penilaian tentang wacana persaingan antar kelompok yang muncul atau tampak di media.
Analisis Framing juga dikenal sebagai konsep bingkai, yaitu gagasan sentral yang terorganisasi, dan dapat dianalisis melalui dua turunannya, yaitu simbol berupa framing device dan reasoning device. Framing device menunjuk pada penyebutan istilah tertentu yang menunjukkan “julukan” pada satu wacana, sedangkan reasoning device menunjuk pada analisis sebab-akibat. Di dalamnya terdapat beberapa ‘turunan’, yaitu metafora, perumpamaan atau pengandaian. Catchphrases merupakan slogan-slogan yang harus dikerjakan. Exemplar mengaitkan bingkai dengan contoh, teori atau pengalaman masa silam. Depiction adalah “musuh yang harus dilawan bersama”, dan visual image adalah gambar-gambar yang mendukung bingkai secara keseluruhan. Pada instrumen penalaran, Roots memperlihatkan analisis sebab-akibat, Appeals to principles merupakan premis atau klaim moral, dan Consequences merupakan kesimpulan logika penalaran.
Teknik Framing Dan Konsep Model Zhondhang Pan Dan Gerald M Kosicki
Menurut Etnman, framing berita dapat dilakukan dengan empat teknik, yakni pertama, problem identifications yaitu peristiwa dilihat sebagai apa dan nilai positif atau negatif apa, causal interpretations yaitu identifikasi penyebab masalah siapa yang dianggap penyebab masalah, treatmen rekomnedations yaitu menawarkan suatu cara penanggulangan masalah dan kadang memprediksikan penanggulannya, moral evaluations yaitu evaluasi moral penilaian atas penyebab masalah.
Ada dua konsep framing yang saling berkaitan, yaitu konsep psikologis dan konsep sosiologis yaitu :
Analisa Framing adalah analisis yang digunakan untuk mengetahui bagaimana realitas (aktor, kelompok, atau apa saja) dikonstruksi oleh media (Eriyanto, 2005, p.3) . Analisa framing memiliki dua konsep yakni konsep pskiologis dan sosiologis. Konsep psikologis lebih menekankan pada bagaimana seseorang memproses informasi pada dirinya sedangkan konsep sosiologis lebih melihat pada bagaimana konstruksi sosial atas realitas. Analisis Framing sendiri juga merupakan bagian dari analisis isi yang melakukan penilaian tentang wacana persaingan antar kelompok yang muncul atau tampak di media.
Analisis Framing juga dikenal sebagai konsep bingkai, yaitu gagasan sentral yang terorganisasi, dan dapat dianalisis melalui dua turunannya, yaitu simbol berupa framing device dan reasoning device. Framing device menunjuk pada penyebutan istilah tertentu yang menunjukkan “julukan” pada satu wacana, sedangkan reasoning device menunjuk pada analisis sebab-akibat. Di dalamnya terdapat beberapa ‘turunan’, yaitu metafora, perumpamaan atau pengandaian. Catchphrases merupakan slogan-slogan yang harus dikerjakan. Exemplar mengaitkan bingkai dengan contoh, teori atau pengalaman masa silam. Depiction adalah “musuh yang harus dilawan bersama”, dan visual image adalah gambar-gambar yang mendukung bingkai secara keseluruhan. Pada instrumen penalaran, Roots memperlihatkan analisis sebab-akibat, Appeals to principles merupakan premis atau klaim moral, dan Consequences merupakan kesimpulan logika penalaran.
Teknik Framing Dan Konsep Model Zhondhang Pan Dan Gerald M Kosicki
Menurut Etnman, framing berita dapat dilakukan dengan empat teknik, yakni pertama, problem identifications yaitu peristiwa dilihat sebagai apa dan nilai positif atau negatif apa, causal interpretations yaitu identifikasi penyebab masalah siapa yang dianggap penyebab masalah, treatmen rekomnedations yaitu menawarkan suatu cara penanggulangan masalah dan kadang memprediksikan penanggulannya, moral evaluations yaitu evaluasi moral penilaian atas penyebab masalah.
Ada dua konsep framing yang saling berkaitan, yaitu konsep psikologis dan konsep sosiologis yaitu :
1.
Dalam konsep
psikologis, framing dilihat sebagai penempatan informasi dalam suatu konteks
khusus dan menempatkan elemen tertentu dari suatu isu dengan penempatan lebih
menonjol dalam kognisi seseorang. Elemen-elemen yang diseleksi itu menjadi
lebih penting dalam mempengaruhi pertimbangan seseorang saat membuat keputusan
tentang realitas.
2.
Sedangkan
konsep sosiologis framing dipahami sebagai proses bagaimana seseorang
mengklasifikasikan, mengorganisasikan, dan menafsirkan pengalaman sosialnya
untuk mengerti dirinya dan realitas diluar dirinya Dalam Zhondhang Pan Dan
Gerald M Kosicki, kedua konsep tersebut diintegrasikan.
Secara umum
konsepsi psikologis melihat frame sebagai persoalan internal pikiran seseorang,
dan konsepsi sosiologis melihat frame dari sisi lingkungan sosial yang dikontruksi
seseorang. Dalam model ini, perangkat framing yang digunakan dibagi dalam empat
struktur besar, yaitu sintaksis (penyusunan peristiwa dalam bentuk susunan umum
berita), struktur skrip (bagaimana wartawan menceritakan peristiwa ke dalam
berita), struktur tematik (bagaimana wartawan mengungkapkan pandangannya atas
peristiwa ke dalam proposisi, kalimat, atau antar hubungan hubungan kalimat
yang memberntuk teks secara keseluruhan), dan struktur retoris (bagaimana
menekankan arti tententu dalam berita)
Analisa Kebijakan Redaksional
Kebijakan sendiri merujuk pada tiga hal yakni sudut pandang (point of view); rangkaian tindakan (series of actions) dan peraturan (regulations). Ketiga hal tersebut menjadi pedoman bagi para pengambil keputusan untuk menjalankan sebuah kebijakan. Dan seorang Redaktur merupakan suatu pimpinan sekaligus penanggung jawab dalam suatu media. Oleh karenanya Analisa Kebijakan Redaktur merupakan suatu proses analisa mengenai kebijakan redaktur dalam proses penerbitan suatu media.
Dalam proses analisa kebijakan, terdapat dua pendekatan yaitu:
Analisa Kebijakan Redaksional
Kebijakan sendiri merujuk pada tiga hal yakni sudut pandang (point of view); rangkaian tindakan (series of actions) dan peraturan (regulations). Ketiga hal tersebut menjadi pedoman bagi para pengambil keputusan untuk menjalankan sebuah kebijakan. Dan seorang Redaktur merupakan suatu pimpinan sekaligus penanggung jawab dalam suatu media. Oleh karenanya Analisa Kebijakan Redaktur merupakan suatu proses analisa mengenai kebijakan redaktur dalam proses penerbitan suatu media.
Dalam proses analisa kebijakan, terdapat dua pendekatan yaitu:
1.
Analisis
proses kebijakan (analysis of policy process), dimana dalam pendekatan ini,
analisis dilakukan atas proses perumusan, penentuan agenda, pengambilan
keputusan, adopsi, implementasi dan evaluasi dalam proses kebijakan. Jika
dilihat dari item analisisnya, pendekatan ini lebih melihat kandungan (content)
sebuah proses kebijakan.
2.
Analisis
dalam dan untuk proses kebijakan (analysis in and for policy process), dimana
dalam pendekatan ini, analisis dilakukan atas teknik analisis, riset, advokasi
dalam sebuah proses kebijakan. Nampaknya, pendekatan ini cenderung melihat
prosedur proses kebijakan. Hasil analisis kebijakan adalah informasi yang
relevan bagi pihak-pihak yang akan melaksanakan kebijakan. Analisis bisa
dilakukan pada semua tahap proses kebijakan Analisis pada tahap selanjutnya
mencakup interpretasi dan sosialisasi kebijakan, merencanakan serta menyusun
kegiatan implementasi kebijakan. Hasil analisis pada tahap ini adalah aksi
kebijakan (policy action).
3.
Analisis
berikutnya adalah evaluasi implementasi kebijakan dengan memperhatikan tingkat
kinerja dan dampak sebuah implementasi kebijakan. Hasil analisisnya berupa
informasi kinerja yang akan menjadi dasar tindakan apakah kebijakan tersebut
akan diteruskan atau sebaliknya.
Tipe
Analisis Kebijakan
Tipe analisis kebijakan dikategorikan menjadi dua tipe yaitu:
Tipe analisis kebijakan dikategorikan menjadi dua tipe yaitu:
1.
Tipe
analisis akademis. Tipe analisis ini berfokus pada hubungan antara faktor
determinan utama dengan isi kebijakan dan berusaha untuk menjelaskan hakikat,
karakteristik dan profil kebijakan dan bersifat komparatif baik dari segi waktu
maupun segi subtansi.
2.
Tipe
analisis terapan. Tipe analisis ini lebih memfokuskan diri pada hubungan isi
kebijakan dengan dampak kebijakan serta lebih berorientasi pada evaluasi
kebijakan dan bertujuan untuk menemukan alternatif lebih baik dan bisa
menggantikan kebijakan yang sedang dianalisis.
Elemen dalam Kebijakan yang Menjadi target analisis
Terdapat tiga elemen dalam kebijakan yang menjadi target analisis, yakni:
1. faktor determinan utama;
2. isi kebijakan; dan
3. dampak kebijakan baik yang diharapkan maupun yang tidak diharapkan.
Analisa Korelasional
Analisa Korelasional adalah analisa yang bertujuan untuk mengetahui hubungan antara dua variabel atau lebih. Analisa korelasional/hubungan/assosiasi dapat dikatakan merupakan pengembangan dari analisa deskriptif (untuk selanjutnya baca : deskriptif-kuantitatif), kalau dalam penelitia deskriptif kita mengumpulkan data sebanyak-banyaknya, menyusunya dengan sistematis, kita analisa dengan cermat dan yang dideskripsikan dalam analisis penelitian adalah variabel-variabel penelitian, situasi dan kondisi yang melingkupinya. Penelitian korelasional bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antar gejala (variabel), hubungan tersebut positif atau negatif dan seberapa erat hubungan antar gejala tersebut.
Misalnya pengusaha ingin mengetahui hubungan antara muatan informasi (kecukupan/kekurangan informasi) dan kebutuhan akan informasi, Divisi Humas ingin mengetahui hubungan antara kualitas media (daya tarik untuk dibaca, sesuai dengan kebutuhan, terpercaya, mudah dipahami, lengkap dan jelas dsb) dan motif pengunaan media, dosen ingin mengetahui hubungan antara pemberian tugas dengan prestasi mahasiswa dsb.
Terdapat beberapa perbedaan yang membedakan Analisa Korelasional dan Analisa Deskriptif yaitu bahwa dalam analisa deskriptif tidak membahas tentang hubungan antar variabel, sedangkan kalau kita lihat dari jenis datanya sama, yang membedakan adalah sifat-sifat analisanya, analisa deskripsi mendeskripsikan variabel dan karakteristik responden, sedangkan analisa korelasional meneliti bagaimana untuk memperoleh kejelasan ada tidaknya hubungan antar variabel dan karakteristik responden seperti apa dalam konteks penelitian tersebut. Statistik deskripsi tidak berupaya adanya generalisasi data sampel terhadap populasi, sedangkan analisis korelasional selain mendesripsikan data sampel, peneli ingin memperoleh kesimpulan apakah korelasi (yang sebenarnya data sampel) tersebut juga berlaku pada populasi (dengan uji signifikansi).
Perbedaan tersebut dapat terlihat dari analisa deskriptif kita mengumpulkan data sebanyak-banyaknya, menyusunya dengan sistematis, kita analisa dengan cermat dan yang dideskripsikan dalam analisis penelitian adalah variabel-variabel penelitian, situasi dan kondisi yang melingkupinya. Analisa korelasional bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antar gejala (variabel), hubungan tersebut positif atau negatif dan seberapa erat hubungan antar gejala tersebut. Misalnya pengusaha ingin mengetahui hubungan antara muatan informasi (kecukupan/kekurangan informasi) dan kebutuhan akan informasi, Divisi Humas ingin mengetahui hubungan antara kualitas media (daya tarik untuk dibaca, sesuai dengan kebutuhan, terpercaya, mudah dipahami, lengkap dan jelas dsb) dan motif pengunaan media, dosen ingin mengetahui hubungan antara pemberian tugas dengan prestasi mahasiswa dsb.
Statistik deskripsi tidak berupaya adanya generalisasi data sampel terhadap populasi, sedangkan analisis korelasional selain mendesripsikan data sampel, peneli ingin memperoleh kesimpulan apakah korelasi (yang sebenarnya data sampel) tersebut juga berlaku pada populasi (dengan uji signifikansi). Penelitian korelasi (secara statistik) menunjukkan adanya ko-variasi (sebaran data yang sama) antar variabel, apakah variasi-variasi pada satu faktor berkaitan dengan variasi pada faktor yang lain, yang mana hubungan tersebut kemungkinan merupakan :
1.
“ ko-variasi
antar variabel dari penyebab (dependen) yang sama”
2.
“ko-variasi
antar variabel akibat (independent)” , atau
3.
atau mungkin
korelasi tersebut sifatnya “hanya kebetulan saja”. Untuk memperoleh informasi
yang akurat tentang dugaan hubungan antar variabel tersebut dapat perpedoman
pada teori (konsep dan proposisi), model, atau melakukan penelitian secara
intensif dan mendalam.
Penelitian
asosiasi atau korelasi sering dikaburkan dengan penelitian/analisis causal
(sebab-akibat), korelasi yang kuat dianggap adanya hubungan sebab-akibat.
Hubungan kausal dapat diinterpretasikan pasti “ada hubungan” yang sifatnya
kausalitas, tetapi kalau “ada hubungan” belum tentu adanya kausalitas. Kita
sering terjebak dengan proses berfikir yang nampaknya logis atau cara berfikir
linier, hal inilah yang perlu dicermati, khususnya dalam perumusan masalah.
Jika ada kesalahan dalam membuat perumusan masalah, alih-alih pertanyaan yang
salah tentang obyek yang kita teliti tidak akan menghasilkan jawaban yang
benar.
Sebagai Contoh, pernyataan :
Sebagai Contoh, pernyataan :
1.
Pengaruh
“kemampuan membaca” terhadap “lamanya belajar Mahasiswa”
2.
Hubungan
antara “kemampuan membaca”dengan “lamanya belajar Mahasiswa”
3.
Pengaruh
“kemampuan membaca” dan “lamanya belajar Mahasiswa” terhadap “Tingkat
Pengetahuan Mahasiswa tentang Metode Penelitian Komunikasi”.
Adanya
hubungan antara “kemampuan membaca” dan “lamanya belajar” jangan
diinterpretasikan bahwa “lamanya belajar” disebabkan oleh “kemampuan membaca”.
Atau “Lamanya Belajar” diakibatkan oleh “ Kemampuan membaca”. Mahasiswa yang
“lama belajar” belum tentu atau bukan karena “kemampuan membacanya yang
kurang”, tetapi (diduga) karena akan mengikuti UTS, karena ingin bisa, lagi
tertarik dsb. Bandingkan dengan; Pengaruh “kemampuan membaca” dan “ lamanya
belajar” terhadap “Tingkat Pengetahuan Mahasiswa tentang Metode Penelitian
Komunikasi”.
Jika kita perhatikan dengan seksama, dari ketiga pernyataan tersebut yang secara logika mana yang lebih dapat diterima dan benar. Dengan demikian tipe hubungan antar variabel dalam penelitian korelasional adalah hubungan simetri, adalah jenis hubungan antar variabel yang mana suatu variabel yang satu tidak disebabkan oleh variabel yang lain atau tidak dipengaruhi oleh variabel yang lain.
Hal ini dapat terjadi apabila :
Jika kita perhatikan dengan seksama, dari ketiga pernyataan tersebut yang secara logika mana yang lebih dapat diterima dan benar. Dengan demikian tipe hubungan antar variabel dalam penelitian korelasional adalah hubungan simetri, adalah jenis hubungan antar variabel yang mana suatu variabel yang satu tidak disebabkan oleh variabel yang lain atau tidak dipengaruhi oleh variabel yang lain.
Hal ini dapat terjadi apabila :
1.
Kedua
variabel tersebut merupakan dimensi/indikator untuk konsep yang sama, misalnya
: Hubungan antara frekuensi penggunaan media, durasi (lama), pilihan jenis
media dan jenis isi sebagai indikator dari pola penggunaan media dsb.
2.
Sebagai
akibat dari faktor yang sama, Misalnya; Penguasaan materi, lulus mata kuliah,
IP bagus sebagai akibat yang sama karena rajin membaca/belajar dsb.
3.
Berkaitan
secara fungsional, apabila keberadaan sesuatu hal diikuti oleh keberadaan yang
lainnya atau sebaliknya. Misalnya : ada mahasiswa ada dosen, ada asap – ada
api, ada pekerja – ada majikan, ada pimpinan – ada bawahan, dsb.
4.
Hubungan
yang sifatnya kebetulan saja. Misalnya; hubungan mimpi buruk dengan kehilangan
HP, hubungan berkokok-nya ayam dengan terbitnya matahari, dsb.
Analisis
Data dalam Analisa Korelasional
Dalam melakukan analisis data yang perlu diperhatikan adalah :
Dalam melakukan analisis data yang perlu diperhatikan adalah :
1.
Masalah dan
Tujuan penelitian;
2.
Hubungan
antar variabel (hipotesis penelitian) yang dalam analisa statistik sebagai
hipotesis statistik (Ho dan H1);
3.
Jenis
informasi dan jenis data; apakah data yang kita peroleh sebagai data nominal,
ordinal, interval atau rasio;
4.
Kesesuaian
antara jenis data dengan jenis analisa statistik yang digunakan;
5.
Taraf
signifikansi (α) atau tingkat kepercayaan (1- α);
6.
Berbagai
variasi analisis data berdasarkan kebutuhan dsb. Alat analisis korelasi
digunakan untuk mengetahui hubungan dua atau lebih variabel. Korelasi antar dua
variabel disebut korelasi sederhana, dan korelasi lebih dari dua variabel
disebut korelasi berganda (multiple Correlation). Sehingga alat anlisa ada
rumus untuk menghitung korelasi sederhana dan berganda.
Berbagai
variasi alat analisa korelasi tergantung dari hubungan antar variabel dan jenis
data, apakah nominal, ordinal atau interval dan tujuan penelitian kita.
Daftar Pustaka:
Al Rasyid, Harun, 2000, Hand out Statistik Sosial, PPS UNPAD, Bandung.
Alex Sobur, Analis is Teks Media…..hal 172
Bungin, Burhan, 2008, Penelitian Kualitatif, Jakarta: Kencana prenada media group, hlm. 155 – 156.
Bungin, Burhan, 2008, Penelitian Kualitatif, Jakarta: Kencana prenada media group, hlm. 156 – 159.
Dajan, Anto, 1996, Pengantar Statistik Jilid I, LP3ES, Jakarta.
Dajan, Anto,1996, Pengantar Statistik Jilid II, LP3ES, Jakarta .
Kriyantono, Rachmat, 2007. Teknik Praktis Riset Komunikasi, Jakarta: Kencana prenada media group, hlm.247-251
Rakhmat ,Jalaludin, 1999, Metode Penelitian Komunikasi, Rosdakarya, Bandung .
Sudradjat M,2002, Metode Penarikan Sampel dan Penyusunan Skala, UNPAD Bandung.
Wimmer D. Roger, 1987, Mass Media Research, Wadsworth Publisher Company, Belmont, California .
Sumber Buku Metode Penelitian Komunikasi Karya Bambang Setiawan
Daftar Pustaka:
Al Rasyid, Harun, 2000, Hand out Statistik Sosial, PPS UNPAD, Bandung.
Alex Sobur, Analis is Teks Media…..hal 172
Bungin, Burhan, 2008, Penelitian Kualitatif, Jakarta: Kencana prenada media group, hlm. 155 – 156.
Bungin, Burhan, 2008, Penelitian Kualitatif, Jakarta: Kencana prenada media group, hlm. 156 – 159.
Dajan, Anto, 1996, Pengantar Statistik Jilid I, LP3ES, Jakarta.
Dajan, Anto,1996, Pengantar Statistik Jilid II, LP3ES, Jakarta .
Kriyantono, Rachmat, 2007. Teknik Praktis Riset Komunikasi, Jakarta: Kencana prenada media group, hlm.247-251
Rakhmat ,Jalaludin, 1999, Metode Penelitian Komunikasi, Rosdakarya, Bandung .
Sudradjat M,2002, Metode Penarikan Sampel dan Penyusunan Skala, UNPAD Bandung.
Wimmer D. Roger, 1987, Mass Media Research, Wadsworth Publisher Company, Belmont, California .
Sumber Buku Metode Penelitian Komunikasi Karya Bambang Setiawan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar